I'TIKAF Amalan Yang Terlupakan Di Bulan Ramadhan...

Ramadhan punya arti yang sangat penting bagi kita umat Islam, kehadirannya yang selalu kita nantikan dan kita rindukan. Sebegitu banyaknya dari kita yang berlomba-lomba ingin mendapatkan keberkahan dari bulan yang sangat suci itu, namun ada satu kegiatan di bulan suci Ramadhan yang sering kita lupakan, yaitu I'tikaf di masjid di 10 hari terakhir di bulan Ramadhan.

Saya menulis di sini adalah hanya untuk mengingatkan kita sesama muslimin, karena hampir setiap Ramadhan yang kita lewati di 10 hari terakhirnya di bulan Ramadhan hanya diisi oleh kesibukan-kesibukan dunia yang itu-itu saja, yaitu kita selalu disibukan oleh perbelanjaan sebagai persiapan untuk Hari Raya Iedul Fitri, merapihkan rumah, jalan-jalan ke mall, dan seabrek-abrek kegiatan dunia lainnya. Bisakah kita mempersiapkan segala kebutuhan diatas di awal-awal Ramadhan dan mempersiapkan diri untuk I'tikaf di 10 hari terakhirnya...?

Dalil yang di jadikan sandaran atas disyariatkannya I'Tikaf ini adalah :

"Dan telah kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail, 'Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang Tawaf, yang I'tikaf, yang Ruku dan Sujud'. " ( QS. Al-Baqarah : 125 )

187. Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah Pakaian bagimu, dan kamupun adalah Pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, Karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi ma'af kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang Telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf di dalam mesjid. Itulah larangan Allah, Maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa. ( QS. Al-Baqarah 187 )

Serta Hadits- hadits yang berkenaan dengan I'tikaf, Yaitu :

Diriwayatkan dari Aisyah r.a. : "Bahwasanya Nabi Muhammad saw. Senantiasa beri'tikaf pada 10 hari yang akhir di bulan Ramadhan hingga beliau wafat. Kemudian sepeninggal beliau, isteri-isteri beliaupun beri'tikaf seperti itu." ( HR. Bukhori dan Muslim )

Aisyah juga meriwayatkan, "Apabila telah tiba 10 hari terakhir , Rasulullah berjaga/tidak tidur pada malam hari untuk beribadah, beliau bangunkan keluarganya, dan beliau bersungguh-sungguh serta mengencangkan pakaiannya ( tidak menggauli isteri untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah )." (HR. Bukhari dan Muslim)

Ayat Al'Quran dan Hadits di atas memberikan penjelasan bahwa I'tikaf merupakan bagian penting dari amalan di bulan Ramadhan yang sebisa mugkin untuk di lakukan. Kata I'tikaf sendiri berasal dari kata 'akafa alaihi. Artinya, ia senantiasa berkemauan kuat untuk menetapi sesuatu. Secara Harfi'ah, kata i'tikaf berarti tinggal di suatu tempat. Sedangkan secara Syar'iah, kata I'tikaf berarti di Masjid untuk beberapa hari, teristimewa, yaitu 10 hari terakhir bilan Ramadhan.

Dipandang dari sudut sosial, I'Tikaf mempunyai berbagai manfaat bagi kehidupan seorang muslim. I'tikaf bisa menjadi jalan penyelesaian dari masalah hidup yang terus menghimpit. Maksudnya, i'tikaf merupakan kesempatan bagi seorang Muslim untuk sejenak mengasingkan diri dari kehidupan sosialnya. Tetapi itu bukan berarti seorang muslim tidak boleh untuk bersosialisasi. I'tikaf menjadi sarana baginya untuk menyerap energi spiritual yang telah lama hilang. Kalau perlu, kita bisa mengambil masa cuti kerja kita untuk persiapan i'tikaf agar lebih khusu menjalankannya. Yang di tekankan di sini adalah jangan sampai kehidupan dunia kita yang sangat banyak dapat melalaikan kita dari amalan I'tikaf ini.

Imam Az-Zuhri pernah berkomentar,"Aneh benar keadaan orang Islam, mereka meninggalkan ibadah I'tikaf, padahal Rasulullah saw. Tidak pernah meninggalkannya semenjak beliau datang di Madinah hingga wafat di sana."

Bulan Ramadhan menjadi putaran waktu pengingat seorang muslim untuk kembali dari kehidupan yang serba materialistis kepada kehidupan yang bersifat Ruhani, hidup yang selalu diliputi masalah keduniawian menuju kehidupan yang penuh introspeksi dan pendekatan diri kepada Allah swt. Banyak kegiatan yang biasa dilakukan di bulan Ramadhan ini, seperti puasa, tadarrus Quran, shalat tarawih berjamaah ( Qiyamul lail ), dll. Dan semua itu menjadi
hal yang biasa di bulan Ramadhan. Tetapi I'tikaf seringkali kurang diperhatikan. Banyak dari kita yang enggan dan malas untuk melakukan i'tikaf ini di masjid. Padahal, I'tikaf merupakan amalan Rasulullah yang biasa dilakukan di bulan Ramadhan.

Ada rukun-rukun yang harus kita penuhi dalam menjalankan amalan I'tikaf ini dan menjadi bagian pokok dari suatu ibadah. Rukun-rukun I'tikaf itu adalah :
1. Harus ada Mu'takif atau orang yang melakukan I'tikaf juga.
2. I'tikaf dilakukan di dalam masjid, dan bukan di Mushala ataupun di rumah. Karena Sayyidina Ali ra. Pernah mengatakan :"Tidak sah I'tikaf selain di dalam masjid yang di gunakan untuk berjamaah."
3. Tempat beri'tikaf, yaitu tempat yang yang di ambil mu'takif untuk tinggal selama i'tikaf

Seperti tertera dalam hadits di atas, Itikaf lebih utama apabila dilakukan pada 10 hari terakhir di bulan Ramadhan secara berturut-turut. Seseorang yang sedang melakukan I'tikaf tidak boleh meninggalkan masjid, kecuali untuk memenuhi keperluan atau hajat, seperti mandi, buang air besa dan kecil, dsb. Jika seseorang bernazar untuk beri'tikaf 10 hari berturut-turut, lalu dia keluar dari masjid untuk melakukan hal-hal yang tidak termasuk darirat, maka terputuslah I'tikafnya itu. Ini adalah ketentuan bagi yang bernazar untuk itikaf 10 hari berturut-turut.

Rasulullah saw pernah bersabda,"Sunnat bagi orang yang sedang beri'tikaf untuk tidak menengok orang sakit, menyaksikan jenazah, tidak boleh menyentuh perempuan, tidak bercumbu, dan tidak keluar dari masjid kecuali untuk perkara yang tidak boleh tidak harus dilakukan., dan tidak ada i'tikaf selain di masjid kami." (HR. Abu Dawud)

Meskipun demikian Mu'takif (orang yang beri'tikaf) boleh dikunjungi oleh tamu atau isterinya. (HR. Bukhori), di bolehkan pula memakai wangi-wangian, mengakadkan nikah ( ijab kabul ), makan, tidur, mencuci tanga, dsb.Semuanya itu ada kalanya di perlukan dan tidak memutuskan kesinambungan I'tikaf.

Bagaimana jika Mu'takif mengeluarkan tubuhnya dari masjid.? Hal ini di jelaskan dalam Hadits yang di riwayatkan dari Aisyah ra."Pernah Rasulullah saw mengulurkan kepalanya kepada saya sedangkan beliau berada di dalam masjid, kemudian saya menyisir rambutnya. Dan Beliau tidak masuk ke rumah apabila sedang beri'tikaf, kecuali apabila ada keperluan."(HR. Bukhari dan Muslim)

Sekali lagi saya tekankan kepada saudara-saudaraku betapa pentingnya amalan i'tikaf ini bagi kita umat Islam, sampai-sampai Rasulullahpun tidak pernah meninggalkannya hingga Beliau wafat. Maka dari itu persiapkanlah diri, mental dan spiritual kita untuk menggapai segala keberkahannya dengan tidak meninggalkan I'tikaf ini. Semoga tulisan saya ini dapat berguna bagi saudara dan saudariku semuanya, saya mohon maaf bila ada kesalahan dan kekurangan dalam tulisan ini karena kesalahan dan kekurangan datang dari kita sebagai manusia dan kebenaran hanya datang dari Allah swt.

Semoga Allah swt melimpahkan segala rahmat dan hidayahnya bagi kita semua di bulan Ramadhan yang suci dan penuh Berkah nanti...amin

Wassalamu alaikum wr wb.
Marhaban Ya Ramadhan
Mohon Maaf Lahir dan bathin