Dilema Cinta

Cinta yang cepat timbul dan cepat lenyap,
yaitu cinta yang di dorong oleh kenikmatan.
Cinta yang lama timbul dan cepat lenyap,
yaitu cinta yang didorong oleh kepentingan.
Cinta yang cepat timbul dan lama lenyap,
yaitu cinta yang didorong oleh kebaikan.
Cinta yang lama timbul dan lama lenyap,
yaitu cinta yang didorong oleh kenikmatan, kepentingan, dan kebaikan.
Begitulah pesan Ibnu Hazm kepada kita, sobat Mutiara Hati yang dimuliakan Allah, kenapa kita menutup mata ketika kita bersedih dan menangis? dan ketika kita membayangkan sesuatu? Itu karena hal terindah di dunia ini tidak terlihat. Ketika kita sengaja(tidak) bertemu seseorang yang sanggup mengalihkan dunia kita, kita akan kagum bin takjub padanya serta jatuh ke dalam suatu keanehan yang dinamakan cinta. Ada hal-hal yang tidak ingin kita lepaskan, ada hal-hal yang tidak bisa kita lupakan, dan ada hal-hal yang tidak sanggup kita tinggalkan. Tapi ingatlah, semua ‘hal-hal’ itu belum HALAL bagi kita jikalau masih belum ada ijab-qabul. Mencintai orang yang kita kagumi adalah sebuah kewajaran, TAPI mencintai pasangan hidup kita adalah sebuah kewajiban. Oleh karenanya, segeralah menikah dengan Dia atau nikahilah Dia. Namun, jikalau belum siap, berpalinglah dari Dia. Berpaling bukan akhir sebuah kehidupan, melainkan awal suatu kehidupan yang baru. Kebahagiaan ada untuk mereka yang menangis, mereka yang disakiti, mereka yang telah mencari, mereka yang telah mencoba, dan mereka yang telah berusaha. Karena merekalah yang bisa menghargai betapa pentingnya orang yang telah menyentuh kehidupan mereka. Mencintai bukanlah bagaimana kita melupakan, melainkan bagaimana kita memaafkan; Bukanlah bagaimana kita mendengarkan, melainkan bagaimana kita mengerti; Bukanlah apa yang kita lihat, melainkan apa yang kita rasakan; Bukanlah bagaimana kita melepaskan, melainkan bagaimana kita bertahan; dan bukanlah bagaimana kita meninggalkan, melainkan bagaimana kita mengikhlaskan.
Entah bagaimana lika-liku perjalanan kehidupan, kita belajar tentang diri sendiri dan menyadari bahwa penyesalan tidak seharusnya ada, yang ada hanyalah penghargaan abadi atas pilihan-pilihan kehidupan yang telah kita buat. Cinta yang agung, adalah ketika kita meneteskan air mata dan masih peduli terhadapnya; adalah ketika dia tidak mempedulikan kita, dan kita masih berharap dan menunggunya dengan setia; adalah ketika dia memilih mencintai orang lain dan kita masih bisa tersenyum seraya berkata ‘Aku turut berbahagia untukmu’. Cinta boleh saja bangga bisa mengalahkan logika, tetapi cinta seringkali harus rela bertekuk lutut di hadapan realita. Kita memang mungkin telah menemukan cinta dan tidak mau kehilangan, tapi ketika cinta itu ‘belum/tidak halal’ dan atau realita yang tidak kita inginkan, kita tidak perlu menghalalkan segala cara, karena yang halal sudah teramat sangat jelas, dan yang haram pun juga teramat sangat jelas. Orang yang kuat bukan mereka yang selalu menang, melainkan mereka yang tetap tegar ketika mereka jatuh.
Sobat Mutiara Hati yang dimuliakan Allah, kekasih sejati mengerti ketika kita berkata ‘aku lupa…’, menunggu selamanya ketika kita berkata ‘tunggu sebentar’, tetap tinggal ketika kita berkata ‘tinggalkan aku sendiri’, membuka pintu meski kita belum mengetuk dan berkata ‘bolehkah saya masuk?’. Memang… dalam urusan cinta, kita seringkali tersandung oleh realita. Tapi jikalau cinta kita tulus, meskipun kalah oleh realita, kita akan tetap merasa menang hanya karena kita berbahagia dapat mencintai seseorang lebih dari diri kita sendiri. Akan tiba saatnya dimana kita harus berhenti mencintai seseorang bukan karena orang itu berhenti mencintai kita atau tidak mencintai kita, melainkan karena kita menyadari bahwa orang itu akan lebih berbahagia apabila kita berpaling darinya, dan yang lebih penting adalah melainkan karena kita menyadari bahwa cinta-Nya jauh lebih agung dari segala jenis cinta. Apabila kita benar-benar mencintai seseorang, berjuanglah atas nama cinta dari Allah, oleh Allah, untuk Allah, dan karena Allah. Itulah cinta sejati.
Namun terkadang, saat kita mengejar seseorang yang kita cintai dengan usaha sepenuh hati, disisi lain kita gagal mengenal dan menghargai seseorang yang diam-diam mencintai kita. Kadang kala, orang yang kita cintai adalah orang yang sering menyakiti hati, sedangkan orang yang menangis kala melihat-mendengar kita terluka/ditimpa bencana adalah cinta yang tidak kita sadari. Kita melewatkan begitu banyak hal-hal indah karena kita membiarkan diri kita diperbudak oleh kepentingan yang egois. Saya pribadi, lebih baik memilih orang yang mencintai saya, daripada saya ngotot mengejar cinta(yang tak pasti) orang yang saya cintai. Saya harap, sobat juga begitu. Cinta itu juga butuh proses, dengan memilih orang yang mencintai kita, lambat laun kita akan mencintainya juga, karena setiap hari kita hanya melihat cahaya Ilahi yang terpancar dalam setiap tingkah dan perilakunya. Senyumnya mampu menyejukkan hati kita, disaat kita membuka pintu rumah dengan lelah setelah seharian menjemput rizeki-Nya. Pakaiannya yang menutup aurat, mampu menentramkan hati kita dikala kita berjalan keluar rumah bersamanya. Semangat juangnya dalam berdakwah, mampu membuat hati kita berdesir bangga, karena dia lah imam yang akan menuntun kita menuju surga-Nya. Pelukannya yang hangat, setelah seharian bergelut di dunia dakwah, membuat kita terasa aman dan senang. Subhanallah… jikalau kita telah merasakan getar-getar cinta itu, menangis syukurlah di Sajadah Kalbu, dan pastikan tetesan air mata yang jatuh menyiram bibit-bibit cinta agar cepat tumbuh dan berbuah. Allahu Akbar wa Lillahilham…
Nikmat Tuhanmu manakah yang engkau dustai?
Dengan setetes embun cinta yang kau berikan,
DIA anugerahkan lautan cinta.
Nikmat Tuhanmu manakah yang engkau ingkari?
Dengan setetes air mata cinta yang kau keluarkan,
DIA titiskan jiwa bidadari surga di dunia.
Nikmat Tuhanmu manakah yang engkau bohongi?
Dengan setetes keringat cinta yang kau usahakan,
DIA tumbuhkan pohon cinta yang berbuah bahagia.