Info

SELAMAT DATANG

Selamat datang di Coretan Pujita Kiki Maulana - saya senang Anda berada di sini, dan berharap Anda sering datang kembali. Silakan Berlama - Lama di sini dan membaca lebih lanjut tentang artikel dunia islam (Blogging, Peneyejuk Hati, Goresan Hati, Mengenal Neraka; Goresan hati Dan Lain Lain) yang Kami susun. Ada banyak hal tentang kami, Anda mungkin akan menemukan sesuatu yang menarik

Sekilas Tentang Pujita Kiki Maulana

Nama saya Pujita Kiki Maulana, Saya Bukan Seorang Blogger, Desainer atau Apapun Tapi Saya Hanya Seseorang Yang Ingin Selalu Belajar dan Ingin Tahu Sesuatu Yang Baru...

Kumpulan Do'a

Kumpulan Do'a
Do'a Sehari-hari
       Do'a - do'a ini disusun berurutan berdasarkan kejadian yang kita alami sejak bangun tidur pada pagi hari sampai tidur kembali pada malam harinya. Do'a disini tanpa ada do'a yang berhubungan dengan ibadah karena akan disajikan di halaman do'a seputar ibadah
1.     Do'a Ketika Bangun Tidur
"Alhamdu lillahil-ladzi ahyaanaa ba'da maa amaatana wailaihin - nusyuur" artinya : "Segala Puji bagi Allah yang menghidupkan kami sesudah mati/tidur kami, dan kepada-Nya kami kembali"
 
2.     Do'a Ketika Mimpi Baik
"Alhamdulillahil-ladzii qadlaa haajati" Artinya : "Segala puji bagi Allah yang telah memberi hajatku"
 
3.     Do'a Ketika Mimpi Buruk
"Allahumma inni a''uuzu bika min 'amalisysyaithaani wa sayyiaatil ahlaami" Artinya : "Yaa Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari perbuatan setan dari mimpi-mimpi yang buruk"
 
4.     Do'a Sebelum Masuk WC
"Bismillahi, Allaahhumma innii a'uudzu bika Minal khubutsi wal khabaaitsi"Artinya : "Dengan nama Allah. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan para setan"
 
5.     Do'a Setelah keluar WC
"Alhamdu lillahil-ladzii adz-haba maa yu'dziannii wa abqaa fiyya maa tanfa'unii" Artinya : "Segala Puji bagi Allah yang telah menghilangkan apa yang menyakitkan aku dan menyisakan apa yang bermanfaat bagiku."
 
6.     Do'a Hendak Berpakaian
"Bismillahari rahmaanir rahim. Allaahumma inni as-asluka min khairihi wa khairi maa huwalahu wa a'uudzu bika min syarrihi wa syarri maa humalahu" Artinya : "Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Yaa Allah, aku memohon kepada-Mu dari kebaikan pakaian ini, dan kebaikan sesuatu yang ada dipakaian ini. Dan aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan pakaian ini dan sesuatu yang ada dipakaian ini"
 
7.     Do'a Ketika bercermin
"Al hamdulillaahil ladzi sawwaa khalqi fa'adda=lahu wa karramahu shurata wajhi fa nahaa wa ja'alani minal muslimin" Artinya : "Segala puji bagi Allah yang menyempurnakan kejadiaanku dan memperindah dan memuliakan rupaku lalu membaguskannya dan menjadikan aku muslim"
 
8.     Do'a Sebelum Makan
"Allahumma baarik llanaa fiima razaqtanaa waqinaa adzaa ban-naar"Artinya : "Yaa Allah, berkatilah rezeki yang engkau berikan kepada kami, dan peliharalah kami dari siksa api neraka"
 
9.     Do'a Sesudah Makan
"Alhamdu lillahhil-ladzi ath-amanaa wa saqaana waja'alanaa muslimiin" Artinya : "Segala puji bagi Allah yang memberi kami makan dan minum serta menjadikan kami memeluk agama islam"
 
10.Do'a Keluar Rumah
"Bismillahi tawakkaltu 'alallah wa laa haula walaa quwwata illaa billaahi" Artinya : "Dengan nama Allah aku berserah diri kepada-Nya, dan tiada upaya kecuali dengan pertolongan Allah"
 
11.Do'a Berpergiaan
"Allahumma hawwin 'alainaa safaranaa hadzaa wathwi annaa bu'dahuu, Allahumma antashshaahibu fis-safari wal khaliifatu fil ahli"Artinya : "Ya Allah, mudahkanlah kami berpergian ini, dan dekatkanlah kejauhannya. Ya Allah yang menemani dalam berpergian, dan Engkau pula yang melindungi keluarga"
 
12.Do'a Naik Kendaraan Darat
"Subhaanal ladzi sakhkhara lanaa haadzaa wamaa kunnaa lahu muqrinina wa innaa ilaa rabbinaa lamunqalibuuna" Artinya : "Maha suci Tuhan yang memudahkan ini kendaraan bagi kami, sedangkan kami tiba bisa memudahkan kepada-Nya, dan kepada Allah kami kembali"
 
13.Do'a Naik Kendaraan Laut
"Bismillaahi majraahaa wa mursaahaa innaa rabbi laghafuurur rahimu" Artinya : "Dengan nama Allah, yang menjalankan kendaraan ini berlayar dan berlabuh, sesungguhnya Tuhanku Pemaaf lagi Pengasih"
 
14.Tiba ditempat Tujuan
"Al hamdulillaahil ladzi salamani walladzi aawani wal ladzi jama'asy syamla bi" Artinya : "Segala puji bagi Allah, yang telah menyelamatkan akau dan yang telah melindungiku dan yang mengumpulkankanku dengan keluargaku"
 
15.Do'a Hendak Masuk Rumah
"Allaahumma inni as-aluka khairal-muulaji wa khairal mukhroji bismillahi walajnaa wa bismillahi kharajnaa wa-alallaahi rabbina tawak-kalnaa" Artinya : "Yaa Allah, aku minta kepada-Mu baiknya runah yang kumasuki dan rumah yang kutinggalkan. Dengan nama Allah kami masuk rumah, dengan nama Allah aku keluar rumah, serta kepada-Nya aku berserah diri"
 
16.Do'a Melepas Pakaian
"Bismillaahiiladzi laa illaaha ilallahuu" Artinya : "Dengan nama Allah yang tiada tuhan selain-Nya"
 
17.Do'a Sebelum Tidur.
"Bismikallaahumma ahyaa wa amuut" Artinya : "Dengan nama-Mu yaa Allah, hidupku dan matiku"
 
Do'a Seputar Ibadah
       Disini do'a-do'a yang kami himpun adalah do'a-do'a sepurtar ibadah anda.
1.     Do'a-do'a berwudhu
a.     Do'a sebelum wudhu
"" Artinya : "Tuhan, aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan setan-setan, dan aku berlindung kepada-Mu dari kehadiran mereka"
 
b.     Do'a membasuh telapak tangan
"" Artinya : "Yaa Allah, aku memohon kepada-Mu keberuntungan dan keberkatan, dan aku berlindung kepada-Mu dari kesialan dan kebinasaan"
 
c.     Do'a berkumur
"" Artinya : "Yaa Allah, tolonglah aku sehingga aku bisa membaca kitab-Mu (Al Qur'an) dan bisa banyak mengingat-Mu, teguhkanlan aku dengan kata-kata yang kukuh di dunia dan di akhirat"
 
d.     Do'a membasuh muka
"" Artinya : "Yaa Allah, cerahkanlah wajahku dengan cahaya-Mu pada hari ketika Engkau mencerahkan wajah-wajah para wali-Mu, dan janganlah hitamkan wajahku pada hari ketika Engkau menghitamkan wajah-wajah para musuh-Mu"
 
e.     Do'a ketika membasuh tangan kanan
"" Artinya : "Yaa Allah, berikanlah catatan amalku pada tangan kananku dan hisablah aku dengan ringan"
 
f.      Do'a ketika membasuh tangan kiri
"" Artinya : "Yaa Allah, aku berlindung kepada-Mu dari diberi catatan amal pada tangan kiriku atau belakang punggungku."
 
g.     Do'a ketika mengusap kepala
"" Artinya : "Yaa Allah, lindungilah aku dengan rahmat-Mu, turunkanlah kepadaku keberkatan-Mu, dan tempatkanlah aku dibawah lindungan arasy-Mu pada hari ketika tiada naungan kecuali naungan-Mu. Yaa Allah haramkanlah rambut dan dagingku dari neraka"
 
h.     Do'a ketika mengusap telinga
"" Artinya : "Yaa Allah, jadikanlah aku diantara mereka (orang) yang mendengarkan perkataan dan mengikuti yang terbaik. Ya Allah mampukanlah aku mendengar seruan para penyeru surga dan bersama para saleh di surga"
 
i.       Do'a mencuci kaki kanan
"" Artinya : "Yaa Allah, kukuhkanlah kakiku dijalan yang lurus bersama-sama dengan kaki hamba-hamba-Mu yang saleh"
 
j.      Do'a mencuci kaki kiri
k.     Do'a sesudah wudhu
"Asyhadu allaa ilaaha illallaah wahdahu laa syarika lahu wa asyhadu anna muhammadan 'abduhu warasuuluhu. Allaahummaj'alni minattawwaabina. waj'alni minal mutathahirina wajalni min'ibadikash shaalihina" Artinya : "Aku bersaksi tiada Tuhan melainkan Allah dan tidak ada yang menyekutukan bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa nabi Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-Nya. Ya Allah, jadikanlan aku orang yang ahli taubat dan jadikanlah aku orang yang suci dan jadikanlah aku dari golongan orang-orang yang shaleh"
 
2.     Do'a-doa Shalat
a.     Do'a setelah mendengar Adzan
"Allaahumma rabba haadzihid da'watit taammati wash shalaatil qaaimati aati Muhammadanil wa shilata walfadhilata wab'ats hu maqaamam mahmuudanil ladzi wa'adtahu"Artinya : "Yaa Allah, Tuhan yang mempunyai seruan yang sempurna dan shalat yang ditegakkan ini, berikanlah dengan limpah karunia-Mu kepada Nabi Muhammad kedudukan dan keutamaan (paling tinggi) dan limpahkanlah kepadanya tempat yang terpuji yang telah engkau janjikan"(H.R. Muslim, Abu Daud dan Ibnu Majah)
 
b.     Do'a pergi ke Masjid
"Allaahummaj'al fi qalbi nuuran wa fi lisaani nuuran waj'al fi sam'i nuuran waj'al fi bashari nuuran waj'al min khalfi nuuran wa min amaami nuuran waj'al min fauqihi nuuran wa min tahti nuuran. Allaahumma a'thini nuuran" Artinya : "Yaa Allah, jadikanlah dalam nur, dalam lisanku nur, jadikanlah dalam pendengaranku nur,dan dalam penglihatanku nur. Jadikanlah dari belakangku dan dari depanku nur. Jadikanlah dari atasku dan dari bawahku nur. Yaa Allah berilah aku nur tersebut"
 
c.     Do'a masuk Masjid
"Allaahummaftah li abwaaba rahmatika" Artinya : "Yaa Allah, bukakanlah bagiku pintu-pintu rahmat-Mu."
 
d.     Do'a Keluar Masjid
"Allaahumma inni as aluka ,im fadhlika" Artinya : "Yaa Allah aku memohon kepada-Mu karunia-Mu"
 
e.     Do'a sebelum shalat
"Rabbi a'udzubika min hamazaatisy syayaathini wa a'udzubika rabbi ay yahdhurun" Artinya : "Yaa, Allah, aku berlindung kepada-Mu dari gangguan setan dan aku berlindung kepada-Mu dari kedatangan mereka"
 
f.      Do'a Sujud terakhir sebelum salam
"Allahumma innaa na'uudzubika min adzaabil qabri wama 'uudan bika min fitnatil-dajjaali, wana'uudzubika min ditnatilmahyaa wal mamaati. Allahumma innaa na'uudzubika minal ma'tsami wal maghrami" Artinya : "Yaa Allah, sesungguhnya kami berlindung kepada Engkau dari adzab kubur dan kami berlindung kepada Engkau dari gangguan dajjal, dan kami berlindung kepada Engkau dari tipu daya hidup dan kematian. Yaa Allah, sesungguhnya kami berlindung kepada Engkau dari berbagai sumber dosa dan kesukaran hidup"
 
Do'a-do'a dalam keadaan tertentu
        Disini akan anda temui do'a do'a lainnya......!!!
1.     Suami, Istri, anak dan orang tua
a.     Ucapan suami kepada istri dimalam pengantin

"Allahuma inni as-aluka khaira khairama jabaltaha 'alaiha. Wa a'udzu bika min syarriha wa syarrima jabaltaha 'alaihi"
artinya :
"Wahai Tuhanku, aku mohon kepada-Mu kebajikannya dan kebajikan tabiatnya, dan aku berlindung kepada-Mu dari kejahatannya dan kejahatan tabiatnya"
 
b.     Untuk suami istri yangmandul

"Bismillahir rahmanir rahimi. Rabbi la tadzarni fardan wa anta khairul waritsina"
Artinya :
"Dengan Nama Allah yang maha pengasih lagi Maha Penyayang. Wahai Tuhanku, janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diri dan Engkaulah waris Yang paling baik"
 
c.     Untuk merukunkan kembali suami istri yang akan bercerai

"Wa alqaitu 'alaika mahabbatan minni wa litushna'a 'ala 'aini"
Artinya :
"Aku jatuhkan padamu rasa kecintaan dariku dan agar diperbuat oleh kamu atas mataku"
 
d.     Dianugrahi Istri dan anak yang shaleh

"Rabbana hab lana min azwajina wa dzuriyyatina qurrata a'yunin waj'alna lil muttaqina limaman"
Artinya :
"Tuhan kami, karuniakanlah kepada kami dari istri-istri kami dan anak cucu kami yang menyenangkan kami dan jadikanlah kami sebagai ikutan bagi orang-orang yang bertaqwa " (QS. Al-Furqan : 74)
 
e.     Agar anaknya menjadi orang yang berilmu

"Allahummaj'alni wa auladi wa dzurriyyati min ahlil' khairi wa la taj'alni wa iyyahummin ahlis su-i wa ahlidh-dgairi warzuqni wa iyyahum 'ilman nafi'an wa rizqan wa si'an wa khuluqan hasanan wattaufiqa lith-tha'ati wa fahman nabiyyina"
artinya :
"Ya Allah, jadikanlah aku, anak-anakku, dan keluargaku termasuk dari golongan orang yang baik. Dan janganlah Engkau jadikan aku serta mereka dalam golongan orang yang jahat, dan orang yang membuat mudharat. berilah rezeki kepadaku dan kepada mereka berupa ilmu yang bermanfaat, rezeki yang lapang, budi pekerti yang baik, pertolongan untuk taat, dan kepahaman mengenai para nabi"
 
f.      Untuk kedua orang tua

"Rabbighfirli waliwalidayya warhamhuma kama rabbayani shaghiran"
Artinya :
"Ya Tuhanku, ampunilah dosaku dan dosa ayah serta ibuku, kasihanilah mereka sebagaimana kasih mereka padaku sewaktu aku masih kecil"

Wahai Saudaraku, Ingatlah Mati


Rasul Saw bersabda: "Keadaan mayat dalam kubur itu tak ubahnya seperti orang yang tenggelam yang meminta pertolongan". Dan barang siapa masuk kubur tanpa membawa bekal , maka seakan-akan dia mengarungi lautan tanpa perahu.Sudahkah kita siapkan bekal itu?. Mudah-mudahan, gambaran kematian ini, dapat menjadikan muhasabbah bagi kita.



Pernahkan kita berhenti sejenak, dan bertanya pada diri kita sendiri, apa yang terjadi pada kita di malam pertama ketika kita meninggal?



Apa yang telah kita persiapkan untuk kematian—sesuatu yang pasti datang kepada kita? Apakah kita akan berada di tempat yang baik ataukah di tempat yang buruk? Seberapa sering kita mengingat mati? Pikirkanlah sejenak, saat dimana tubuh kita dimandikan dan akan segera dikuburkan.

Pernahkah kita memikirkan saat dimana orang-orang membawa tubuh kita ke pekuburan? Dan ketika semua keluarga kita menangis.

Pernahkah kita memikirkan saat tubuh kita diletakkan di dalam liang lahat? Semuanya gelap, dan hanya tanah dan tanah belaka.


Disaat itu, kita menyadari kita sendirian. Tak ada orang lain, dan semuanya begitu sempit. Tulang-tulang kita bahkan saling berdesakkan sendirinya.

Mungkin saat itu kita tengah menyesali semua perbuatan buruk kita di dunia. Kita mungkin baru menyesali akhlak kita terhadap orang tua kita, kita menyesali mengapa kita tidak mengenakan hijab. Tak ada uang. Tak ada perhiasan. Yang ada hanya semua perbuatan kita.

Dan ketika kita ditutup, mungkin kita ingin berteriak dan menyeru semua orang agar jangan pergi dari kuburan kita. Tapi kita tak bisa terdengar. Kita mendengar langkah kaki mereka menjauhi kita. Dan kemudian, di situlah kita berada, rumah masa depan kita yang pasti akan kita tempati.

Mari kita simak apa nasihat Sayidina Ali bin Abi thalib Karamallahu Wajhah tentang kematian berikut ini:" Hai manusia, setiap orang pasti mati untuk menemui (kematian) yang hendak dielakkannya dengan melarikan diri. Kematian adalah tempat di mana hidup ini menggiring kita ke sana. Melarikan diri darinya berarti menangkapnya (karena waktu yang digunakan untuk berlari darinya justru semakin memperpendek dan mempercepat pertemuan dengannya)".
Tahukah anda tentang kematian?
Demi Allah, seandainya jenazah yang sedang kalian tangisi bisa berbicara barang sekejap, lalu menceritakan (pengalaman sakaratul mautnya) pada kalian. Niscaya kalian akan segera melupakan jenazah tersebut dan mulai menangisi diri kalian sendiri. ( Imam Ghazali atsar Al-Hasan.)
Datangnya kematian menurut Al-Qur'an:

1. Kematian bersifat memaksa dan siap menghampiri siapa saja walaupun manusia berusaha menghindari dari resiko-resiko kematian.
Katakanlah:"Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu keluar(juga) ke tempat mereka terbunuh".
Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada di dalam hatimu. Allah maha mengetahui isi hati. ( Q.S: Ali Imran, 3: 154)

2. Kematian akan mengejar siapa pun meski ia berlindung di balik benteng yang kokoh atau berlindung di balik teknologi kedokteran yang canggih serta ratusan dokter terbaik yang ada di muka bumi ini.
Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapati kamu kendatipun kamu berada di benteng yang tinggi lagi kokoh. Jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan:" Ini adalah dari sisi Allah".

Dan jika mereka ditimpa suatu bencana atau musibah, mereka mengatakan:"Ini datangnya dari sisi kamu (Muhammad)". Katakanlah:' Semuanya datang dari sisi Allah".Maka mengapa orang-orang itu( orang munafik ) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikitpun?"( Q.S: An-Nisa 4:78)

3. Kematian akan mengejar siapapun walaupun ia lari menghindar.
Katakanlah:" Sesungguhnya kematian yang kamu lari dari padanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada Allah yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata. lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.(Q.S: Al-Jumuah, 62:8)

4. Kematian datang secara tiba-tiba
"Sesungguhnya Allah, hanya pada sisinya sajalah pengetahuan tentang hari kiamat. dan Dialah yang menurunkan hujan dan mengetahui apa yang ada di dalam rahim. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha mengenal".(Q.S: Lukman, 31:34).

Wanita yang Berpakaian Tapi Telanjang, Sadarlah!

beautifulInilah yang kami sedihkan pada kaum wanita saat ini. Zaman sudah semakin rusak. Perzinaan di mana-mana. Pornografi yang sudah semakin marak. Bahkan hal-hal porno semacam ini bukan hanya digandrungi oleh orang dewasa, namun juga anak-anak. Bahkan terakhir ini yang sudah membuat kami semakin geram, tidak sadar-sadarnya wanita dalam berpakaian. Saat ini sangat berbeda dengan beberapa tahun silam. Sekarang para wanita sudah banyak yang mulai membuka aurat. Bukan hanya kepala yang dibuka atau telapak kaki, yang di mana kedua bagian ini wajib ditutupi. Namun, sekarang ini sudah banyak yang berani membuka paha dengan memakai celana atau rok setinggi betis. Ya Allah, kepada Engkaulah kami mengadu, melihat kondisi zaman yang semakin rusak ini.
Kami tidak tahu beberapa tahun mendatang, mungkin kondisinya akan semakin parah dan lebih parah dari saat ini. Mungkin beberapa tahun lagi, berpakaian ala barat yang transparan dan sangat memamerkan aurat akan menjadi budaya kaum muslimin. Semoga Allah melindungi keluarga kita dan generasi kaum muslimin dari musibah ini.
Tanda Benarnya Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلاَتٌ مَائِلاَتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لاَ يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ رِيحَهَا وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا
“Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat: [1] Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan [2] para wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian.” (HR. Muslim no. 2128)
Hadits ini merupakan tanda mukjizat kenabian. Kedua golongan ini sudah ada di zaman kita saat ini. Hadits ini sangat mencela dua golongan semacam ini. Kerusakan seperti ini tidak muncul di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam karena sucinya zaman beliau, namun kerusakan ini baru terjadi setelah masa beliau hidup (Lihat Syarh Muslim, 9/240 dan Faidul Qodir, 4/275). Wahai Rabbku. Dan zaman ini lebih nyata lagi terjadi dan kerusakannya lebih parah.
Saudariku, pahamilah makna ‘kasiyatun ‘ariyatun’
An Nawawi dalam Syarh Muslim ketika menjelaskan hadits di atas mengatakan bahwa ada beberapa makna kasiyatun ‘ariyatun.
Makna pertama: wanita yang mendapat nikmat Allah, namun enggan bersyukur kepada-Nya.
Makna kedua: wanita yang mengenakan pakaian, namun kosong dari amalan kebaikan dan tidak mau mengutamakan akhiratnya serta enggan melakukan ketaatan kepada Allah.
Makna ketiga: wanita yang menyingkap sebagian anggota tubuhnya, sengaja menampakkan keindahan tubuhnya. Inilah yang dimaksud wanita yang berpakaian tetapi telanjang.
Makna keempat: wanita yang memakai pakaian tipis sehingga nampak bagian dalam tubuhnya. Wanita tersebut berpakaian, namun sebenarnya telanjang. (Lihat Syarh Muslim, 9/240)
Pengertian yang disampaikan An Nawawi di atas, ada yang bermakna konkrit dan ada yang bermakna maknawi (abstrak). Begitu pula dijelaskan oleh ulama lainnya sebagai berikut.
Ibnu ‘Abdil Barr rahimahullah mengatakan,
“Makna kasiyatun ‘ariyatun adalah para wanita yang memakai pakaian yang tipis yang menggambarkan bentuk tubuhnya, pakaian tersebut belum menutupi (anggota tubuh yang wajib ditutupi dengan sempurna). Mereka memang berpakaian, namun pada hakikatnya mereka telanjang.” (Jilbab Al Mar’ah Muslimah, 125-126)
Al Munawi dalam Faidul Qodir mengatakan mengenai makna kasiyatun ‘ariyatun,
“Senyatanya memang wanita tersebut berpakaian, namun sebenarnya dia telanjang. Karena wanita tersebut mengenakan pakaian yang tipis sehingga dapat menampakkan kulitnya. Makna lainnya adalah dia menampakkan perhiasannya, namun tidak mau mengenakan pakaian takwa. Makna lainnya adalah dia mendapatkan nikmat, namun enggan untuk bersyukur pada Allah. Makna lainnya lagi adalah dia berpakaian, namun kosong dari amalan kebaikan. Makna lainnya lagi adalah dia menutup sebagian badannya, namun dia membuka sebagian anggota tubuhnya (yang wajib ditutupi) untuk menampakkan keindahan dirinya.” (Faidul Qodir, 4/275)
Hal yang sama juga dikatakan oleh Ibnul Jauziy. Beliau mengatakan bahwa makna kasiyatun ‘ariyatun ada tiga makna.
Pertama: wanita yang memakai pakaian tipis, sehingga nampak bagian dalam tubuhnya. Wanita seperti ini memang memakai jilbab, namun sebenarnya dia telanjang.
Kedua: wanita yang membuka sebagian anggota tubuhnya (yang wajib ditutup). Wanita ini sebenarnya telanjang.
Ketiga: wanita yang mendapatkan nikmat Allah, namun kosong dari syukur kepada-Nya. (Kasyful Musykil min Haditsi Ash Shohihain, 1/1031)
Kesimpulannya adalah kasiyatun ‘ariyat dapat kita maknakan: wanita yang memakai pakaian tipis sehingga nampak bagian dalam tubuhnya dan wanita yang membuka sebagian aurat yang wajib dia tutup.
Tidakkah Engkau Takut dengan Ancaman Ini
Lihatlah ancaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Memakaian pakaian tetapi sebenarnya telanjang, dikatakan oleh beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, “wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian.
Perhatikanlah saudariku, ancaman ini bukanlah ancaman biasa. Perkara ini bukan perkara sepele. Dosanya bukan hanya dosa kecil. Lihatlah ancaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas. Wanita seperti ini dikatakan tidak akan masuk surga dan bau surga saja tidak akan dicium. Tidakkah kita takut dengan ancaman seperti ini?
An Nawawi rahimahullah menjelaskan maksud sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: ‘wanita tersebut tidak akan masuk surga’. Inti dari penjelasan beliau rahimahullah:
Jika wanita tersebut menghalalkan perbuatan ini yang sebenarnya haram dan dia pun sudah mengetahui keharaman hal ini, namun masih menganggap halal untuk membuka anggota tubuhnya yang wajib ditutup (atau menghalalkan memakai pakaian yang tipis), maka wanita seperti ini kafir, kekal dalam neraka dan dia tidak akan masuk surga selamanya.
Dapat kita maknakan juga bahwa wanita seperti ini tidak akan masuk surga untuk pertama kalinya. Jika memang dia ahlu tauhid, dia nantinya juga akan masuk surga. Wallahu Ta’ala a’lam. (Lihat Syarh Muslim, 9/240)
Jika ancaman ini telah jelas, lalu kenapa sebagian wanita masih membuka auratnya di khalayak ramai dengan memakai rok hanya setinggi betis? Kenapa mereka begitu senangnya memamerkan paha di depan orang lain? Kenapa mereka masih senang memperlihatkan rambut yang wajib ditutupi? Kenapa mereka masih menampakkan telapak kaki yang juga harus ditutupi? Kenapa pula masih memperlihatkan leher?!
Sadarlah, wahai saudariku! Bangkitlah dari kemalasanmu! Taatilah Allah dan Rasul-Nya!

Harmonis dan Bahagia

Apa yang sering menjadi masalah anda? Merasa bosankah dengan pasangan? Wah, sulit membayangkan bila itu terjadi. Beberapa orang mengatakan pernah bosan dengan pasangan, dan bagi saya itu sangat mengerikan. Tapi bila memang anda pun merasakan, mungkin tips berikut bisa menjadi pertimbangan.
1. Pernahkah anda berpikir bahwa di belahan dunia lain, banyak orang kehilangan keluarga, termasuk pasangan hidupnya? Ditinggal istri, suami atau anak. Dan lihatlah di depan anda, pasangan anda masih segar bugar dan selalu bersama anda. Apakah anda masih bisa berkata bosan dengan pasangan?
2. Berapa teman anda yang masih single sampai saat ini? Meski usia sudah beranjak tua? Bukankah anda beruntung karena diberi pasangan ?
3. Saat anda sakit dan kesepian, siapa yang menemani anda? Masihkah anda tega untuk berkata bosan?
Intinya adalah : Anda harus menjaga supaya hubungan tetap harmonis, seimbang antara memberi dan menerima. Maka mustahil anda akan merasa bosan, justru rasa bahagialah yang akan anda rasakan

BILA DAHI TAK PERNA MENYENTUH SAJADAH

Bersihkanlah dirimu sebelum engkau dimandikan
Berwuduklah engkau sebelum engkau diwudukan
Dan solatlah engkau sebelum sengkau disolatkan
Tutuplah auratmu sebelum auratmu ditutupkan
Dengan kain kafan yg serba putih
Pada waktu itu tidak guna lagi bersedih
Walaupun org yg hadir itu merintih
Selepas itu engkau akan diletakkan di atas lantai
Lalu dilaksanakan solat jenazah
Dengan 4 kali takbir dan 1 salam
Berserta Fatihah, Selawat dan doa
Sbg memenuhi tuntutan Fardhu Kifayah
Tapi apakah 4 kali takbir itu dpt menebus
Segala dosa meninggalkan solat sepanjang hidup?
Apakah solat jenazah yg tanpa rukuk dan sujud
Dapat membayar hutang rukuk dan sujudmu yg telah luput?
Sungguh tertipulah dirimu jika beranggapan demikian
Justeru kumenyeru sekelian Muslimin dan Muslimat
Usunglah dirimu ke tikar solat
Sebelum dirimu diusung ke liang lahad
Menjadi makanan cacing dan mamahan ulat
Iringilah dirimu ke masjid
Sebelum engkau diiringi ke pusara
Tangisilah dosa-dosamu di dunia
Kerana tangisan tdk berguna di alam baqa’
Sucikanlah dirimu sebelum engkau disucikan
Sedarlah sengkau sebelum sengkau disadarkan
Dgn panggilan ‘Izrail yg menakutkan
Berimanlah engkau sebelum engkau ditalkinkan
Kerana ianya berguna utk yg tinggal
Bukan yg pergi
Beristigfarlah engkau sebelum engkau diistigfarkan
Namun ketika itu istigfar tdk menyelamatkan
Ingatlah di mana saja engkau berada
Engkau tetap memijak bumi Tuhan
Dan dibumbungi dgn langit Tuhan
Serta menikmati rezeki Tuhan
Justeru bila Dia menyeru, sambutlah seruan-Nya
Sebelum Dia memanggilmu untuk yg terakhirnya
Ingatlah engkau dahulu hanya setitis air yg tdk bererti
Lalu menjadi segumpal darah
Lalu menjadi daging
Lalu daging itu membaluti tulang
Lalu jadilah engkau insan yg mempunyai arti
Ingatlah asal usulmu yg tdk bernilai itu
Yang kalau jatuh ke tanah
Ayam pun tak sudi menerimanya
Tapi ALLAH mengangkat engkau ke suatu mercu
Yang lebih agung dari malaikat
Lahirmu bukan utk dunia
Tapi gunakanlah ia untuk melayar bahtera akhirat
Sambutlah seruan ‘Hayya ‘alas Solah’
Dgn penuh rela dan bersedia
Sambutlah seruan ‘Hayya ‘alal Falaah’
Jln kemenangan akhirat dan dunia
Ingatlah yg kekal ialah amal
Menjadi bekal sepanjang jalan
Menjadi teman di perjalanan
Guna kembali ke pangkuan Tuhan
Pada hari itu tiada berguna
Harta, takhta dan putera
Isteri, kartu kredit dan kereta
Kondominium, saham dan niaga
Kalau dahi tak pernah menyentuh sajadah di dunia

Do’a-Do’a Keluarga

  • Doa diberi keluarga yang baik
اَللَّهُمَّ ارْزُقْنِي اَلْفَهَا وَوُدَّهَا وَرِضَاهَا بِي، وَاَرْضِنِي بِهَا، وَاجْمَعْ بَيْنَنَا بِأَحْسَنِ اِجْتِمَاعٍ وَاَيْسَرِ ائْتِلاَفٍ فَإِنَّكَ تُحِبُّ الْحَلاَلَ وَتُكْرِهُ الْحَرَامَ
“Ya Allah, karuniakan padaku kelembutan isteriku, kasih sayang dan ketulusannya, ridhai aku bersamanya. Himpunkan kami dalam rumah tangga yang paling baik, penuh kasih sayang dan kebahagiaan, sesungguhnya Engkau mencintai yang halal dan membenci yang haram.” (Kitab Makarimul Akhlaq)
  • Doa diberi keturunan yang shalih
اَللَّهُمَّ ارْزُقْنِي وَلَدًا وَاجْعَلْهُ تَقِيًّا ذَكِيًّا لَيْسَ فِي خَلْقِهِ زِيَادَةٌ وَلَا نُقْصَانُ وَاجْعَلْ عَاقِبَتَهُ إِلَى خَيْرٍ
“Ya Allah, karuniakan padaku keturunan, dan jadikan ia anak yang bertakwa dan cerdas, tidak ada kelebihan dan kekurangan dalam fisiknya, dan jadikan kesudahannya pada kebaikan.” (Kitab Makarimul Akhlaq)
  • Doa diberi keluarga yang baik dan rizki yang baik
اللّهُمَّ بَارِكْ لِي فِي أَهْلِي وَبَارِكْ لَهُمْ فِيَّ اللَّهُمَّ ارْزُقْنِي مِنْهُمْ وَارْزُقْهُمْ مِنِّي اللَّهُمَّ اجْمَعْ بَيْنَنَا مَا جَمَعْتَ إِلَى خَيْرٍ وَفَرِّقْ بَيْنَنَا إِذَا فَرَقْتَ إِلَى خَيْرٍ (ابن أبي شيبة
Ya Allah, berkahilah aku pada keluargaku, dan berkahilah mereka padaku. Ya Allah berikanlah kepadaku rizki dari mereka, dan berikanlah kepada mereka rizki dariku. Ya Allah, kumpulkanlah kami selama kumpulan itu menuju kebaikan. Dan pisahkanlah kami jika perpisahan itu menuju kepada kebaikan.” (HR. Ibnu Abi Syaibah)
  • Doa agar diberi rizki yang baik
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِى ذَنْبِى وَوَسِّعْ لِى فِى رِزْقِى وَبَارِكْ لِى فِيمَا رَزَقْتَنِى (رواه الترمذي
”Ya Allah, ampunilah dosaku, luaskanlah bagiku rizkiku, dan berkahilah aku dalam apa yang  Kau rizkikan kepadaku.” (HR. Tirmidzi).


  • Doa untuk mendapatkan cinta Allah swt.
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ حُبَّكَ وَحُبَّ مَنْ يُحِبُّكَ وَحُبًّا يُبَلِّغُنِي حُبَّكَ  ~ رواه الحاكم
“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon cinta-Mu, dan cinta orang yang mencintai-Mu, dan cinta yang dapat menghantarkanku kepada cinta-Mu” (H.R. Hakim).

Kematian Pasti akan Datang Menemui Kita


Tidak semua orang dan tidak setiap saat kita mengingat mati. Terkadang kita bertingkah seolah punya nyawa banyak. he..he..
Misal; berkendara ugal-ugalan di jalan, bertingkah sok jagoan neon, dll. Namun ingatlah bahwa kematian pasti datang menjelang. Karena Ar-Rahman telah berfirman:

"Setiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati, dan Kami menguji kalian dengan kejelekan dan kebaikan sebagai satu fitnah (ujian), dan hanya kepada Kami lah kalian akan dikembalikan." (Al-Anbiya`: 35 )

"Di mana saja kalian berada, kematian pasti akan mendapati kalian, walaupun kalian berada di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh." (An-Nisa`: 78 )


Ingat...ingat...? Thing?! Kematian datang tidak memandang ras keturunan, mau dia seorang jagoan atau pecundang, apa dia bangsawan atau bukan, mau dia pejuang atau yang cuma diam. Pokoké kematian jika sudah menjelang, ya mati dech. Tidak perduli apa kita ingat mati atau tidak ingat sama sekali, kalau batas hidup sudah berakhir ,ya TAMAT.

Maka mari kita mengingat mati, sebagai mana telah di sabdakan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Beliau bersabda dalam hadits yang disampaikan lewat shahabatnya yang mulia Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu:

"Perbanyaklah kalian mengingat pemutus kelezatan (yakni kematian)." ( HR. At-Tirmidzi no. 2307, An-Nasa`i no. 1824, Ibnu Majah no. 4258. Asy- Syaikh Al-Albani rahimahullahu berkata tentang hadits ini, "Hasan shahih." )

Dalam hadits di atas ada beberapa faedah:
- Disunnahkannya setiap muslim yang sehat ataupun yang sedang sakit untuk mengingat mati dengan hati dan lisannya, serta memperbanyak mengingatnya hingga seakan- akan kematian di depan matanya. Karena dengannya akan menghalangi dan menghentikan seseorang dari berbuat maksiat serta dapat mendorong untuk beramal ketaatan.
- Mengingat mati di kala dalam kesempitan akan melapangkan hati seorang hamba. Sebaliknya, ketika dalam kesenangan hidup, ia tidak akan lupa diri dan mabuk kepayang. Dengan begitu ia selalu dalam keadaan bersiap untuk "pergi." ( Bahjatun Nazhirin , 1 /634 )

Sering saya (angger) mendengar ikhwan yang berkata "seorang muslim itu harus cerdas" , sungguh benar perkataan itu, sebagai seorang muslim kita memang harus cerdas, dan seorang muslim yang cerdas adalah muslim yang banyak mengingat mati dan menyiapkan bekal kesana.

Shahabat yang mulia, putra dari shahabat yang mulia, Abdullah bin 'Umar radhiyallahu 'anhuma mengabarkan, "Aku sedang duduk bersama Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tatkala datang seorang lelaki dari kalangan Anshar. Ia mengucapkan salam kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu berkata, 'Ya Rasulullah, mukmin manakah yang paling utama?' Beliau menjawab, 'Yang paling baik akhlaknya di antara mereka.' 'Mukmin manakah yang paling cerdas?', tanya lelaki itu lagi. Beliau menjawab:

"Orang yang paling banyak mengingat mati dan paling baik persiapannya untuk kehidupan setelah mati. Mereka itulah orang-orang yang cerdas." ( HR. Ibnu Majah no. 4259, dihasankan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Ash- Shahihah no. 1384 )

Mari kita berfikir sejenak. Kenapa orang yang mengingat mati dan mempersiapkan bekal kematian di katakan cerdas? STOP!! Sudah habis waktu berfikirnya.

Kita simak perkataan Al-Imam Al-Qurthubi rahimahullahu, Beliau berkata, "Ad- Daqqaq berkata, 'Siapa yang banyak mengingat mati, ia akan dimuliakan dengan tiga perkara: bersegera untuk bertaubat, hati merasa cukup, dan giat/semangat dalam beribadah. Sebaliknya, siapa yang melupakan mati ia akan dihukum dengan tiga perkara: menunda taubat, tidak ridha dengan perasaan cukup dan malas dalam beribadah. Maka berpikirlah, wahai orang yang tertipu, yang merasa tidak akan dijemput kematian, tidak akan merasa sekaratnya, kepayahan, dan kepahitannya. Cukuplah kematian sebagai pengetuk hati, membuat mata menangis, memupus kelezatan dan menuntaskan angan-angan. Apakah engkau, wahai anak Adam, mau memikirkan dan membayangkan datangnya hari kematianmu dan perpindahanmu dari tempat hidupmu yang sekarang?" ( At- Tadzkirah , hal. 9)

Alangkah bodoh dan meruginya diri ini yang hanya mempersiapkan masa depan dunia yang fana dan melalaikan bekal akhirat nan kekal, janganlah engkau wahai jiwa, termasuk orang yang merugi tersebut. Tidakkah engkau baca firman Allah;

"Dan hendaklah setiap jiwa memerhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat)." (Al-Hasyr: 18 )

Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullahu menjelaskan ayat di atas dengan menyatakan, "Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab, dan lihatlah amal shalih apa yang telah kalian tabung untuk diri kalian sebagai bekal di hari kebangkitan dan hari diperhadapkannya kalian kepada Rabb kalian." ( Al- Mishbahul Munir fi Tahdzib Tafsir Ibni Katsir , hal. 1388 )

Janganlah engkau menjadi orang yang menyesal kala kematian telah datang karena tiada berbekal, lalu engkau berharap penangguhan.

"Dan infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepada kalian sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kalian, lalu ia berkata, 'Wahai Rabbku, mengapa Engkau tidak menangguhkan kematianku sampai waktu yang dekat hingga aku mendapat kesempatan untuk bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang shalih?'." (Al-Munafiqun: 10 )

Kenyataan yang tidak bisa kita pungkiri, kehidupan dunia ini sebentar jika di banding di akhirat yang kekal, makanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah menasehati seorang sahabat yang tatkala itu berusia muda (berumur sekitar 12 tahun) yaitu Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma. (Syarh Al Arba'in An Nawawiyah Syaikh Sholeh Alu Syaikh, 294 ). Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam memegang pundaknya lalu bersabda,

"Hiduplah engkau di dunia ini seakan-akan sebagai orang asing atau pengembara." (HR. Bukhari no. 6416 )

Lihatlah nasehat yang sangat bagus sekali dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam kepada sahabat yang masih berusia belia.
Ath Thibiy mengatakan, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memisalkan orang yang hidup di dunia ini dengan orang asing (al ghorib) yang tidak memiliki tempat berbaring dan tempat tinggal. Kemudian beliau shallallahu 'alaihi wa sallam mengatakan lebih lagi yaitu memisalkan dengan pengembara. Orang asing dapat tinggal di negeri asing. Hal ini berbeda dengan seorang pengembara yang bermaksud menuju negeri yang jauh, di kanan kirinya terdapat lembah-lembah, akan ditemui tempat yang membinasakan, dia akan melewati padang pasir yang menyengsarakan dan juga terdapat perampok. Orang seperti ini tidaklah tinggal kecuali hanya sebentar sekali, sekejap mata." (Dinukil dari Fathul Bariy, 18 /224 )
Negeri asing dan tempat pengembaraan yang dimaksudkan dalam hadits ini adalah dunia dan negeri tujuannya adalah akhirat. Jadi, hadits ini mengingatkan kita dengan kematian sehingga kita jangan berpanjang angan-angan. Hadits ini juga mengingatkan kita supaya mempersiapkan diri untuk negeri akhirat dengan amal sholeh. (Lihat Fathul Qowil Matin)

Kematian dan Kehidupan Abadi


Keyakinan orang beriman akan adanya kehidupan sesudah kematian menyebabkan dirinya selalu berada dalam mode standby menghadapi kematian. Ia memandang kematian sebagai suatu keniscayaan. Tidak seperti orang kafir yang selalu saja berusaha untuk menghindari kematian. Orang beriman sangat dipengaruhi oleh pesan Nabi shollallahu ’alaih wa sallam yang bersabda:

“Banyak-banyaklah mengingat penghapus kenikmatan, yakni kematian.” (HR Tirmidzi 2229)

Sedangkan sahabat Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ’anhu pernah berkata: “Bila manusia meninggal dunia, maka pada saat itulah ia bangun dari tidurnya.” Subhanallah...! Berarti beliau ingin mengatakan bahwa manusia yang menemui ajalnya adalah manusia yang justru baru mulai menjalani kehidupan sebenarnya, sedangkan kita yang masih hidup di dunia ini justru masih ”belum bangun”. Sungguh, ucapan ini sangat sejalan dengan firman Allah ta’aala:

“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui” (QS Al-Ankabut 64)

Pantas bilamana Ali radhiyallahu ’anhu pula yang berkata: “Dunia pergi menjauh dan akhirat datang mendekat. Karena itu, jadilah kalian anak-anak akhirat, jangan menjadi budak-budak dunia. Sekarang waktunya beramal, dan tidak ada penghisaban. Sedangkan besok waktunya penghisaban, tidak ada amal.”

Bagaimanakah kematian orang beriman? Dalam sebuah hadits Nabi shollallahu ’alaih wa sallam bersabda:

“Orang beriman meninggal dengan kening penuh keringat.” (HR Ahmad 21886)

Penulis produktif Aidh Al-Qarni menulis: ”Saya menyeru setiap orang tua agar mengingat kematian. Sadar bahwa dirinya sudah mendekat maut serta tidak mungkin bisa lari darinya. Jadi, siapkan diri untuk menemui Allah. Karena itu, sudah sepantasnya ia menjauhi akhir kehidupan yang jelek dan memperbanyak amal kebaikan sehingga dapat berjumpa dengan Allah ta’aala dalam keadaan diridhai.”

Ambillah keteladanan dari kematian Khalifah Umar bin Khattab radhiyallahu ’anhu. Ia ditikam oleh Abu Lu’luah saat sedang mengimami sholat subuh. Umarpun jatuh tersungkur bersimbah darah. Dalam keadaan seperti itu ia tidak ingat isteri, anak, harta, keluarga, sanak saudara atau kekuasaannya. Yang ia ingat hanyalah ”Laa ilaha illallah Muhammad rasulullah, hasbiyallah wa ni’mal wakil.” Setelah itu ia bertanya kepada sahabatnya: ”Siapakah yang telah menikamku?”
”Kau ditikam oleh Abu Lu’luah Al-Majusi.”
Umar radhiyallahu ’anhu lalu berkata: ”Segala puji bagi Allah ta’aala yang membuatku terbunuh di tangan orang yang tidak pernah bersujud kepada-Nya walau hanya sekali.” Umar-pun mati syahid.

Ketika Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam menghadapi sakaratul maut beliau mengambil secarik kain dan menaruhnya di wajah beliau karena parahnya kondisi yang beliau hadapi. Lalu beliau berdoa:

“Laa ilaha illallah… Laa ilaha illallah… Laa ilaha illalla. Sungguh kematian itu sangat pedih. Ya Allah, bantulah aku menghadapi sakratul maut. Ya Allah, ringankanlah sakratul maut itu buatku.” (HR Bukhary-Muslim)
Aisyah radhiyallahu ’anha menuturkan: “Demi Allah, beliau mencelupkan kain itu ke air lalu meletakkannya di atas wajah beliau seraya berdoa:

”Ya Allah, bantulah aku menghadapi sakratul maut.”

Saudaraku, marilah kita mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian yang bisa datang kapan saja. Kematian yang sungguh mengandung kepedihan bagi setiap manusia yang mengalaminya. Hingga kekasih Allah ta’aala saja, yakni Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam berdoa agar Allah ta’aala ringankan bagi dirinya sakaratul maut. Tidak ada seorangpun yang tidak bakal merasakan kepedihan sakratul maut.

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.” (QS Ali Imran 185)

Marilah saudaraku, kita mempersiapkan diri menghadapi kematian dengan segera bertaubat memohon ampunan dan rahmat Allah ta’aala sebelum terlambat. Sebab begitulah kematian orang kafir. Suatu bentuk kematian yang diwarnai penyesalan yang sungguh terlambat.

“(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata, "Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada barzakh (dinding) sampai hari mereka dibangkitkan.” (QS Al-Mu’minun 99-100)

Martabat Nafsu

Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Pengasih.

Firman Allah:

"Sesungguhnya Kami telah menjadikan manusia dengan bentuk yang sebaik-baiknya"

Hadis Qudsi,firmanNya:

"Sesungguhnya manusia itu rahsiaKu dan Akulah yang menjadi rahsianya.Dan rahsia itu sifatKu dan sifatKu tiada lain, Aku lah jua"

Mengenai soal makrifat pula Allah berfirman dalam hadis Qudsi:

"Akulah perbendaharaan yang tersembunyi.Aku ingin supaya dikenali(dimakrifati), maka Aku jadikan alam ini,maka mereka makrifat kepadaKu"

FirmanNya lagi:

"Sesungguhnya Allah memrintahkan kamu (manusia) memulangkan amanah kepada yang berhak (Allah)"

Jadi taraf kemuliaan sesorang hamba Allah itu adalah bergantung sejauh mana taraf makrifatnya kepada Allah. Sekiranya kita berjaya mencapai tahap sebenar-benar makrifat jadilah kita sebaik-baik makhluk sebagaimana firmanNya:

"Sesungguhnya yang beriman dan beramal soleh, mereka itu adalah sebaik baik makhluk"

Tapi sebaliknya sekiranya kita gagal untuk mengembalikan amanah untuk makrifat maka jadilah kita sebagai mana yang di firmankan olehNya:

"Kemudian Kami kembalikan dia di tempat yang serendah-rendahnya"

Dan firmanNya lagi:

"Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk"

Baik buruknya manusia adalah bergantung kepada tahap-tahap kesucian batinnya atau nafsunya.
Nafsu mempunyai dua pengertian:

1. Suatu pengertian yang meliputi segala tabiat-tabiat: spt. marah, nafsu berahi dan syahwat serta semua yang keji seperti hasad dengki, riak, dendam, sum'ah dan sebagainya. Nafsu ini ada juga pada binatang. Tapi tiada sama sekali pada malaikat. Sabda Rasulullah s.a.w: "Sejahat-jahat musuh engkau ialah nafsu engkau yang terletak di antara dua lambung engkau"

2. Makna yang kedua adalah berkaitan kejadian "latifah rabbaniyyah' iaitu sesuatu yang batin yang tidak dapat dilihat dengan mata kasar sebaliknya ia adalah melibatkan soal-soal kerohanian.

Jenis-jenis nafsu yang saya huraikan adalah:

1. Amarah
2. Lawammah
3. Mulhammah
4. Mutmainah
5. Radhiah
6. Mardhiah
7. Kamaliah

~~~~~ o O o ~~~~~
1. AMARAH

Amarah adalah martabat nafsu yang paling rendah dan kotor di sisi Allah. Segala yang lahir darinya adalah tindakan kejahatan yang penuh dengan perlakuan mazmumah (kejahatan/keburukan). Pada tahap ini hati nurani tidak akan mampu untuk memancarkan sinarnya kerana hijab-hijab dosa yang melekat tebal, lapisan lampu makrifat benar-benar terkunci. Dan tidak ada usaha untuk mencari jalan menyucikannya. Kerana itulah hatinya terus kotor dan diselaputi oleh pelbagai penyakit.

Firman Allah:

"Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya"
"Sesungguhnya nafsu amarah itu sentiasa menyuruh manusia berbuat keji(mungkar)"
"Bahkan manusia itu hendak berbuat maksiat terus menerus)"

Dalam kehidupan seharian segala hukum hakam, halal-haram, perintah dan larangan tidak pernah di ambil peduli. Malah buat kejahatan itu sudah sebati. Tidak ada penyesalan, malah kadang-kadang bangga buat jahat. Contohnya dia berbangga dapat merosakkan anak dara orang, bangga dengan kehidupan songsang, minum, berjudi, pergaulan bebas malah jadi barat lebih dari orang barat. Bagi mereka pada peringkat nafsu ini, konsep hidupnya adalah sekali, jadi masa mudalah untuk seronok sepuas-puasnya tanpa mengenal batas-batas. Baik jahat adalah sama sahaja di sisinya tanpa ada perasaan untuk menyesal. Malah kadang-kadang bila boleh buat jahat seolah-olah terdapat perasaan lega dan puas. Itulah sebabnya kadang-kadang ada yang dapat nak mengawalnya dari melakukan sesuatu yang jahat. Dah jadi hobi. Hatinya telah dikunci oleh Allah sebagaimana firmanNya:

"Tidaklah engkau perhatikan orang-orang yang mengambil hawa nafsunya (amarah) menjadi Tuhan dan dia disesatkan oleh Allah kerana Allah mengetahui (kejahatan hatinya) lalu Allah mengunci mati pendengarannya (telinga batin) dan hatinya dan penglihatannya (mata hatinya) diletak penutup."
Manusia pada peringakat nafsu amarah ini bergembira bila menerima nikmat tetapi berdukacita dan mengeluh bila tertimpa kesusahan.
Firman Allah:

"Dan apabila Kami rasakan sesuatu rahmat kepada manusia,nescaya mereka gembira dengan rahmat itu.Dan apabila mereka ditimpa suatu musibah akibat kesalahan tangan mereka sendiri, lantas mereka berputus asa."

Jelasnya pada peringkat ini segala tindak tanduknya adalah menuju dan mengikut apa kehendak syaitan yang mana telah dikuasai sepenuhnya olehnya(Syaitan). Rupa sahaja manusia, tapi hati dikuasai syaitan.

Pada peringkat ini, manusia itu tak makan nasihat. Tegurlah macam manapun. Dia tetap tak akan berubah kecuali diberi hidayah olehNya.
Mereka tidak pernah takut pada Allah dan hari pembalasan. Malah meremehkan lagi ada. Mengejek dan mencemuh. Mereka tidak pernah peduli dengan ancaman Allah seperti:

"Akan dicampakkan ke dalam neraka jahanam dari golongan jin dan manusia yang mempunyai hati tidak memrhati,mempunyai mata tidak melihat,mempunyai telinga tidak mendengar.Mereka itu adalah binatang malah lebih hina dari binatang kerana mereak termasuk di dalam golongan yang lalai".

Mereka suka mencela orang lain, memperbodohkan kelemahan orang lain dan melihat dirinya sendiri serba sempurna. Mereka tidak pernah menyandarkan hasil usahanya kepada Allah. Mereka fikir apa sahaja kejayaan mereka adalah hasil titik peluh diri sendiri.

Jiwa mereka pada tahap ini adalah kosong dan hubungan dirinya dengan Allah boleh dikatakan tidak wujud.

Dalam konteks penerimaan ilmu, orang yang bernafsu amarah hanya berupaya menerima ilmu diperingkat ilmu Qalam. Terutamanya yang mementingkan soal-soal lahiriah dunia sahaja. Tak ada minat kepada pelajaran agama dan hari akhirat. Pada peringkat tidak ada peluang sama sekali untuk menerima ghaib dan ilmu syahadah selagi hatinya kotor dan tidak disucikan dengan pembersihan zikrillah yang mempunyai wasilah bai'ah dengan Rasulullah s.a.w. Untuk membebaskan diri dari cengkaman nafsu ini hendaklah menemukan jalan wasilah ilmu Rasulullah s.a.w dengan menerima tunjuk ajar dari ahli zakir iaitu guru mursyid yang dapat memberikan petua-petua penyucian diri dan penyucian jiwa yang mempunyai mata rantai dengan Rasulullah s.a.w.
Sabda Rasulullah s.a.w:

"Tiap sesuatu ada alat penyucinya dan yang menyuci hati ialah zikir kepada Allah "

Pada tahap amarah ini kalau berzikirpun hanya dibibir sahaja tanpa meresap ke dalam jiwa. Amarah tidak mengenal sesiapa, malah ahli kitab sekalipun walaupun ada kelulusan Azhar, walupun berserban dan berjubah. Amarah tidak pernah takut dengan itu semua malah lagi senang ia menyerang. Yang ia takut hanyalah zikrillah.
Sabda Rasulullah s.a.w:

"Sesungguhnya syaitan itu telah menaruh belalainya pada hati manusia, maka apabila manusia itu berzikir kepada Allah , maka mundurlah syaitan dan apabila ia lupa, maka syaitan itu menelan hatinya"



2. NAFSU LAWWAMAH

Nafsu lawwamah ialah nafsu yang selalu mengkritik diri sendiri bila berlaku suatu kejahatan dosa atas dirinya. Ianya lebih baik sedikit dari nafsu amarah. Kerana ia tidak puas atas dirinya yang melakukan kejahatan lalu mencela dan mencerca dirinya sendiri. Bila buat silap dia lebih cepat sedar dan terus kritik dirinya sendiri. Perasaan ini sebenarnya timbul dari sudut hatinya sendiri bila buat dosa, secara automatik terbitlah semacam bisikan dilubuk hatinya. Inilah yang di katakan lawwamah. Bisikan hati seseorang akan melarang dirinya melakukan sesuatu yang keji timbul secara spontan bila terqosad sahaja dihatinya. Cepat rasa bersalah pada Allah Rasulullah atas keterlanjurannya. Ianya ibarat taufik dan hidayah Allah untuk memimpinnya kembali dari kesesatan dan kesalahan kepada kebenaran dan jalan yang lurus. Rasulullah s.a.w bersabda:

"Apabila Allah menghendaki kebaikan kepada seseorang, maka Allah akan menjadikan untuknya penasihat dari hatinya sendiri"
"Barangsiapa yang hatinya menjadi penasihat baginya, maka Allah akan menjadi pelinding ke atasnya."

Tapi bila seseorang itu meningkat ke martabat nafsu lawwamah tapi tidak mematuhi isyarat lawwamah yang memancar di hatinya, maka lama-kelamaan isyarat ini akan padam dan malap. Hingga jatuhlah kembali pada tahap nafsu amarah kembali. Sebab itu kadang-kadang kita tengok sekejap orang tu baik, sekejap berubah jahat kembali. Kemudian berubah balik. Inilah bolakan hati yang di sebabkan oleh keadaan nafsunya yang berubah-ubah.

Firman Allah:

"Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti (suruhan jahat) mereka setelah datang ilmu (isyarat lawwa-mah) kepadamu, sesungguhnya kamu termasuk dalam golongan orang-orang yang zalim"

"Sesungguhnya petunjuk Allah ialah petunjuk yang sebenarnya.Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemahuan (jahat dan keji) mereka , setelah ilmu diperolehi (datang kepadamu) maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu".

Pada tahap lawwamah ini masih lagi bergelumang dengan sifat-sifat mazmumah tapi jumlahnya mulai berkurang sedikit. Keinsafan memancar. Sekiranya dia terus mematuhi isyarat lawwamah yang ada, sedikit demi sedikit sifat-sifat keji dapat dihapuskan. Pada peringkat ini dia banyak meneliti diri sendiri dan merenung segala kesilapan yang lampau. Bila perasaan menyesal datang, orang-orang pada peringkat sangat mudah mengeluarkan air mata penyesalan. Kerap menangis dalam solat, atau bila sendirian, sewaktu berzikir, bersolawat. Air matanya bukanlah disengajakan tetapi berlaku secara spontan. Inilah dikatakan sebagai tangisan diri. Pada peringkat ini mula banyak mengkaji dan meneliti alam dan kejadian. Malah sentiasa membandingkan sesuatu dengan dirinya. Mereka juga menjadi gila untuk beribadat dan cenderung kepada perbincangan berkaitan soal mengenal diri dan mula jemu dengan persoalan yang tidak berkaitan dengan agama. Perubahan ini boleh jadi mendadak sekiranya kita terjun ke alam tasauf.

Rasulullah s.a.w bersabda:

"Bahawasanya orang-orang mukmin itu perhatiannya pada solat, puasa dan ibadat dan orang munafik itu perhatiannya lebih kepada makanan dan minuman seperti halnya binatang"

"Sedikit taufik adalah lebih baik dari banyak berfikir dan berfikir perkara duniawi itu mendaruratkan dan sebaliknya berfikir perkara agama pasti mendatangkan kegembiraan"

Pada tahap ini sudah mementingkan akhirat dari dunia. Namun begitu walau nak dibandingkan dengan amarah ia lebih tinggi sedikit, namun sekali-sekala ia tidak terlepas juga dari jatuh kedalam jurang dosa dan kejahatan.Imannya masih belum kuat.Namun ia cepat sedar dan cepat beristigfar minta ampun kepada Allah.

Firman Allah:

"Aku bersumpah dengan nafsu lawwamah"

Sebagai contoh kalau tertinggal sembahyang terdapat perasaan kecut hati dan cepat menyesal sehingga terus pergi kadha.

Antara sifat nafsu lawwamah adalah:
1. Mencela diri sendiri
2. Bertafakur dan berfikir
3. Membuat kebajikan kerana ria
4. Kagim pada diri sendiri yakni 'ujub
5. Membuat sesuatu dengan sum'ah -agar dipuji
6. Takjub pada diri sendiri

Sesiapa yang merasa berdegup di hati sifat seperti di atas masih lagi berada pada tahap nafsu lawwamah. Ianya adalah terdapat pada kebanyakan orang awam .
Harus kuat berzikir lagi untuk menembus dan menyucikan sisa-sisa karat hati. Zikir pada peringakat nafsu ini masih lagi dibibir tetapi kadang-kadang sudah mulai meresap masuk ke lubuk hati tapi dalam keadaan yang tidak istiqamah. Pada peringkat ini memang sudah timbul gila beribadat sehingga kadang-kadang merasa dirinya ringan dan melayang, kadang-kadang macam hilang dirinya. Rasa semacam semut berderau diseluruh tubuhnya terutama pada bahagian tulang belakang dan tangannya. Keadaan beginilah menimbulkan keasyikan yang menyeronokkan dengan amalan zikir dan ibadat lain.

Pada pringkat ini sudah boleh menerima sedikit ilham hasil dari zauk dan kadang-kadang mengalami mimpi yang perlu ditafsir kembali oleh guru. Bila berterusan dengan petua dan amalan yang diberi oleh guru InsyaAllah nafsunya lawwa-mah ini akan meningkat kepada tahap seterusnya.


3. MULHAMAH

Nafsu ini lebih baik dari amarah dan lawwa-mah.Nafsu mulhamah ini ialah nafsu yang sudah menerima latihan beberapa proses kesucian dari sifat-sifat hati yang tercemar melalui latihan sufi/ tariqat/ amalan guru lainnya yang mempunyai sanad dari Rasulullah s.a.w.Kesucian hatinya telah menyebabkan segala lintasan kotor atau khuatir-khuatir syaitan telah dapat dibuang dan diganti dengan ilham dari malaikat atau Allah.
Firman Allah:

"Demi nafsu (manusia) dan yang menjadikannya (Allah) lalu diilhamkan Allah kepadanya mana yang buruk dan mana yang baik, sesungguhnya dapat kemenanganlah orang yang menyucinya (nafsu) dan rugilah (celakalah) orang yang mengotorkannya(nafsu)

Makam nafsu ini juga dikenali dengan nafsu samiah. Pada pringkat ini amalan baiknya sudah mengatasi amalan kejahatannya. Sifat mazmumah telah diganti dengan mahmudah. Sikap beibadat telah tebal dan amalan guru terus diamalkan dengan lebih tekun lagi.

Pada penyesalan pada peringakat lawwamah tadi terus bersebati di dalam jiwa. Isyarat lawwamah sentiasa subur. Sesungguhnya taubat orang peringkat mulhamah ini adalah "taubatan nasuha". Bukan shaj di mulut tetapi hakiki.

Dalam kehidupan sudah terbina satu skap yang baik,tabah menghadapi dugaan, bila terlintas sesuatu yang ke arah maksiat cuba-cuba memohon kepada perlindungan dari Allah.

Firman Allah:
"Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan, maka berlindunglah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui.Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa , bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketiak itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahan."
Sabda Rasulullah S.a.w:

"Barangsiapa yang merasa gembira dengan kebaikannya dan merasa susah (gelisah) dengan kejahatan yang dilakukan, maka itu orang-orang mukmin"
Zikir pada tahap ini telah menyerap kedalam lubuk hatinya bukan sekadar berlewa-lewa dibir sahaja lagi. Malah sudah menerima hakikat nikmat zikir dan zauk. Bila disebur nama Allah rindunya sangat besar, berderau darahnya dan gementar tubuhnya tanpa disengajakan.
Firman Allah:

"Sesungguhnya orang-orang mukmin itu, bagi mereka apabila sahaja disebut nama Allah, nescaya gementarlah seluruh hati mereka"

Perasaan ini terus menjalar sehingga bertemu kekasihnya.

Antara sifat-sifat yang bernafsu mulhamah:
1. Sifat-sifat ketenangan,lapang dada dan tidak putus asa.
2. Tak sayangkan harta
3. Qanaah.
4. Berilmu laduni
5. Merendah diri/ tawwadu'
6. Taubat hakiki
7. Sabar hakiki
8. Tahan ujian dan menanggung kesusahan

Mereka pada tahap ini mulai masuk ke sempadan maqam wali yakni kerapkali mulai mencapai fana yang menghasilkan rasa makrifat dan hakikat (syuhud) tetapi belum teguh dan kemungkinan untuk kembali kepada sifat yang tidak baik masih ada. Kebanyakan orang cepat terhijab pada masa ini kerana terlalu asyik dengan anugerah Allah padahal itu hanyalah ujian semata-mata.

Dalam konteks ilmu pula mereka bukan sahaja menguasai ilmu qalam malah sudah dapat menguasai ilmu ghaib menerusi tiga cara laduni iaitu nur, cara tajalli dan cara laduni di peringakat sir. Yang dimaksudkan dengan laduni peringkat sir ialah menerusi telinga batin yang terletak ditengah-tengah kepala yang biasanya dipanggil bahagian tanaffas. Suara yang diterima amat jelas sekali. Tak ubah seperti mendengar suara telefon. Pada masa yang sama pendengaran zahir tetap tidak terganggu walaupun masa menerima laduni sir itu ada kawan berbual. Biasanya suara ghaib itu adalah waliyulah atau ambia yang merupaka guru-guru ghaib yang bertugas mengajar ilmu ghaib pada mereka yang diperingkat mulhamah. Tapi perlu ingat guru murysid zahir kita tetap guru. Malah Guru mursyid kita sebenarnya telah berkomunikasi terlebih dahulu dengan guru-guru ghaib ini. Sebab tu kalau tak ada murysid kita akan terpedaya dengan syaitan dan jin yang menyamar. Pembukaan telinga batin ini pada awalnya berlaku seakan suatu bisikan suara yang dapat dibahagian dalam anak telinga, dimana pada permulaannya merasa berdesing. Kemudian barulah dapat dengar jelas.

Zikir tetap meningkat. Pada peringkat inilah Allah berfirman:

"Orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan berzikir kepada Allah.Ingatlah hanya dengan berzikir kepada Allah sahajalah hati menjadi tenteram".


4. NAFSU MUTMAINAH

Inilah peringkat/ martabat nafsu yang pertama yang benar-benar direhai Allah seperti yang saudara kita nyatakan di atas. Yang layak masuk syurga Allah. Maknanya siapa sampai pada maqam ini bererti syurga tetap terjamin, InsyaAllah. Hakikat inilah yang difirmankan Allah:
"Wahai orang yang berjiwa / bernafsu mutmainnah,pulanglah kepangkuan Tuhanmu dalam keadaan redhai meredhai olehNya dan masuklah ke dalam golongan HAMBAKU dan masuklah ke dalam syurgaKU".

Pada peringkat ini jiwa mutmainnah merasakan ketenagan hidup yang hakiki yang bukan dibuat-buat. Tidak ada lagi perasaan gelisah. Semuanya lahir dari tauhidnya yang tinggi dan mendalam. Tauhid yang sejati dan hakiki. Tidak ada lagi perbezaan senang dengan susah baginya sama sahaja. Pada maqam inilah permulaan mendapat darjat wali kecil.

Antara sifat-sifat maqam ini adalah:
1. Taqwa yang benar.
2. Arif
3. Syukur yang benar
4. Tawakkal yang hakiki
5. Kuat beribadat
6. Redha dengan ketentuan Allah
7. Murah hati dan seronok bersedekah.
8. Dan lain-lain sifat mulia yang tidak dibuat-buat.

Pada maqam ini biasanya(walaupun tidak semestinya), akan adanya keramat-keramat yang luar biasa serta mendapat ilmu dengan tak payah belajar sebab sudah dapat mengesan rahsia-rahsia dari LohMahfuz. Adanya sifat lidah masin. Apa yang keluar dari mulut bukan sembarangan lagi bahkan menerusi yang dipanggil sebagai 'inkisaf'. Mereka sudah menguasai ilmu peringkat nur, tajalli, sir dan juga sirussir, iaitu lebih tinggi dari maqam mulhamah. Yang dikatakan menerusi sirussir ialah cara penerimaan dengan telinga dan mata batin. Kalau mulhammah tadi baru terbuka dengan telinga batin tanpa mata batin. Dengan mata batin inilah dia berupaya melihat sesuatu yang ghaib yang tak mampu dilihat oleh mata biasa kita. Malah dapat melihat sesuatu yang akan berlaku pada masa akan datang. Betul-betul macam melihat TV. Malah siap boleh rewind lagi. Kalau guru kita nak lihat sejarah hidup kita yang lalu biasanya dia akan memrhati rakaman hidup kita dan mengesan dimana kesilapan kita dan memberi petua untuk membetulkannya. Kalau mencuri disuruhnya kita memulangkan kembali serta minta halal dan maaf, dan sebagainya lagi. Namun begitu dia tetap akan menjaga aib muridnya kepada orang lain. Perlu dingat pada peringkat ini dia tidak terganggu penglihatan dan pendengaran zahirnya pada masa sama melihat dan mendengar yang batin walaupun duduk di kedai kopi bersama-sama orang lain. Melalui penerimaan sirussir ini dia berupaya melihat alam barzakh, menjelajahi alam alam malakut. Keyakinan mereka sudah pada tahap ainul yakin dan haqqul yakin.

Fana juga boleh berlaku yang dikenali sebagai "fana qalbi" iaitu merupakan penafian diri ataupun menafikan maujud dirinya dan diisbatkan kepada wujudnya Allah semata-mata.Inilah peringkat yang kita bincangkan dulu mengenai LAA MAUJUD ILLALLAH. Keadaan inilah yang digambarkan Allah:

"Semua yang ada adalah fana (tiada wujud hakikinya).Dan yang kekal(baqa) itu adalah wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan"
Namun fana qalbi ini tidaklah kekal.


5. NAFSU RADHIAH

Maqam ini dinamakan radhiah kerana perasaan keredhaan pada segala ketentuan dan hukuman Allah. Pada maqam ini sudah tidak ada rasa takut dengan pada bala Allah dan tak tahu gembira dengan nikmatNya. Sama sahaja. Apa yang penting Allah redha padaNya. Itu kalau sakitpun dah tak perlu kepada ubat, sebab bagi dia sakit itulah nikmat kerana dia merasa makin dekat dengan tuhannya. Wang ringgit sudah sama dengan daun kayu. Emas sama dengan tanah. Dunia sudah dipandang kecil , malah sudah tidak dipandang lagi sebaliknya dunia yang datang kepadanya.
Firman Allah:

"Sesungguhnya wali-wali Allah itu tak rasa ketakutan dan tak pernah rasa kerungsingan di atas mereka".
Ini kerana nur syhuhud sudah sebati dalam jiwa mereka. Alam sekeliling seperti cermin yang boleh mereka melihat Allah setiap ketika. Ini adalah maqam musyahadah tahap ihsan seperti hadis Rasulullah s.a.w:

"Hendaklah kamu menyembah Allah sebagaimana kamu melihatNya..."

INi adalah maqam wali dalam martabat khawas.

Pada masa inilah apa yang diisyaratkan oleh rasulullah s.a.w:

"Takutilah akan firasat orang mukmin, bahawasanya orang-orang mukmin itu melihat dengan Nur Allah".

Pada tahap radhiah ini ,ia melihat melalui basyirahnya, merenung dengan kasyafnya , bertindak melalui perintah ilmu laduninya.Mulutnya dan doanya sangat mustajab.'Barang dipinta barang jadi"

Orang dimaqam ini kadang-kadang perbuatannya menyalahi syariat.Percakapan kadang-kadang menyinggung orang biasa yang tak faham tapi dikeluarkan tanpa sengaja.Masih lagi mengalami fana qalbi.tapi tidak menentu.Hidupnya ibarat dilambung gelora cinta seolah terapung bersama-sama Allah.Hanya memandang dan menyaksikan sesuatu bahawa tiada suatu yang wujud di dunia ini melainkan wajah Allah semata-mata:

Firman Allah:
"Di mana saja kamu menghadap, maka disitulah wajah Allah

Itu yang terjadi pada Al Junaid:Tiada apa dalam jubahku, melainkan Allah.

Mereka sudah memandang yang banyak kepada satu.Keadaan inilah boleh menimbulkan fitnah, malah kadang-kadang orang akan anggap gila. Inilah maqam Ana'al Haq-Mansur Al-Hallaj.

Zikir pada peringkat ini adalah secara 'khafi' yang telah meliputi seluruh anggota zahir dan batinnya. Pada peringkat inilah kulit berzikir, daging berzikir, tulang berzikir, malah semuanya berzikir. Tu yang jadi darah Al-Hallaj membentuk tulisan Allah lalu keluar zikir, malah kematian wali-wali seperti Tok Ku Paloh, masih lagi terdengar zikir di dadannya. Kadang-kadang mereka dijemput menjelajah alam ghaib kubra yang diluar akal manusia. Malah mereka di ajar ilmu tinggi yang lebih canggih dari manusia biasa yang boleh dicapai oleh zaman moden ini. Mereka boleh buat perhubungan secara langsung dengan para rasul, nabi, ambia dan waliyullah yang lain. Mereka menuntut ilmu dengan aulia macam berbincang dengan kawan melalui handphone, malah boleh berinteraksi beramai-ramai walaupun masing-masing berada di berbeza tempat.

Sifat-sifatnya:
1. Ikhlas
2. Warak
3. Zahid
4. Dan lain-lain lagi yang baik yang ada pada maqam sebelum ini.



6. NAFSU MARDIAH

Pada peringkat ini segala yang keluar darinya semuanya telah diredhai Allah. Perilakunya, kata-katanya, diamnya semuanya dengan keredaan dan keizinan Allah belaka. Akan keluar keramat yang luar biasa. Mereka sudah menanam ingatan pada Allah diteras lubuk hati mereka menerusi cara "khafi-filkhafi", maknanya secara penyaksiaan 'basitiah' iaitu penyaksian sifat ma'ani Allah yang nyata dan dizahirkan oleh diriNya sendiri. Af'al diri mereka sudah dinafi dan diisbahkan secara langsung kepada af'al Allah semata-mata.Jiwa mereka betul-betul sebati, ingatan mereka terhadap Allah tidak sesaatpun berpisah darinya. Penyaksiaan terhadap hak sifat Allah jelas baginya sehingga hilang dirinya nya sendiri. Inilah dinyatakan sebagai Abu Yazib Bistami: "Subha Inni.."

"Pandanglah yang satu pada yang banyak"

Peringkat ini sudah tenggelam dalam fana baqabillah. Pada peringkat inilah suka mengasingkan diri,tidak suka bergaul lagi dengan makhluk.
Namun begitu ia mmepunyai kesedaran dua alam sekaligus. Zahir dan batin. Dan ia akam kemabli normal seperti biasa. Kalau peringkat sebelum ini mungkin sampai tak terurus.

Konsep perjalanannya lebih kurang dengan radhiah.mereka berpegang kepada konsep:

Firman Allah:
"Apa yang di sisi kamu itu pasti lenyap dan apa yang ada di sisi Allah tetap kekal".

Perkataan syatahah sudah hilang.Mereka suka hidup nafsu nafsi.

Sabda Rasulullah s.a.w:

"Apabila kamu sekalian melihat seseorang mukmin itu pendiam dan tenang , maka dekatilah ia.Sesungguhnya dia akan mengajar kamu hikmah"
Menyentuh tentang zikirnya, zikirnya adalah zikir rahsia, tidak lagi ada lafaz dengan lidah mahupun hati, tapi seluruh anggota zahir dan batin mengucapkan dengan zikir rahsia yang didengar oleh telinga batin di maqam tanaffas. Zikirnya tidak pernah terganggu dengan alam zahir walaupun dia tengah bercakap atau buat apa sahajapun.

Firman Allah:
"Orang-orang berzikir kepada Allah sambil berdiri, sambil duduk dan dalam keadaan berbaring..."

Bagi mereka di maqam ini setiap perbuatan, perkataan, penglihatan dan apa sahaja adalah zikir.

Pada tahap ini mempunyai kekeramatan yang amat luar biasan. Namun biasanya jarang sekali menzahirkannya kelebihannya itu. Dari segi ilmu, mereka sudah memperolehi ilmu semua peringkat sebelum ini iaitu nur, tajalli, sir, sirussir malah ditambah lagi dengan cara tawasul/yaitu secara jaga dengan ambia dan waliyullah. Kehadiran wali-wali kepada orang maqam mardiah ini lebih merupakan penghormatan dan ziarah sahaja. sambil berbincang-bincang. Mereka berpeluang menjelajah seluruh alam alam maya dan alam ghaib termasuk syurga, neraka dan sebagainya. Mereka berupaya melawat bermacam-macam tempat samada dengan pecahan diri batinnya atau dengan jasad sekali. Malah dalam satu masa boleh menjelma di pelbagai tempat. Ini dipanggil "Khawa Fulkhawaf". Ianya berlaku tanpa sengaja dan tanpa dapat dikawal

Sifat-sifatnya:
1. Redha dan rela dengan apa-apa pemberian Allah
2. Lemah lembut pergaulannya
3. Elok dan tingginya budi
4. Lain-lain sifat terpuji maqam sebelum ini.



7. KAMALIAH

Maqam ini adalah tertinggi. Maqam ini digelar sebagai "baqa billah", Kamil Mukamil", Al Insan kamil kerana ia dapat menghimpunkan antara zahir dan batin, yakni ruh dan hatinya kekal kepada Allah tetapi zahir tubuh kasarnya tetap dengan manusia. Hati mereka kekal dengan Allah tak kira masa dan tempat, tidur atau jaga sentiasa mereka bermusyahadah kepada Allah. Ini adalah maqam khawas al khawas. Semua gerak geri mereka sudah jadi ibadat. Hatta berak kencing mereka, tidur mereka dan sebagainya.

Ilmu mereka adalah seperti yang dinyatakan oleh Imam Ghazali, ilham dan ilmu mukasyafah yang diterima nya tidak bukan adalah sama dengan istilah wahyu semuanya datang terus dari Allah. Cuma kalau Rasul dan Nabi di panggil Wahyu dan manusia biasa yang kamil di panggil Ilham.

Saya rasa sekadar ini lah yang termampu oleh saya. Mungkin ada kelemahan dan ketinggalan dalam istilah atau pengertian. Wahai Tuan -tuan sila perbetulkan dan tambah lagi mana-mana yang kurang.Mengenai kaedah zikir pada maqam-maqam saya rasa ada saudara yang akan menghuraikanya berpandukan kaedah tariqat masing-masing.InsyaAllah.

Semoga Allah mengampun saya atas segala kesilapan.Dan harap memberi manafaat pada semua.

AKAL DAN HATI BERBICARA TENTANG CINTA

Di sebuah pondok usang milik seorang hamba, akal dan hati berbual berkenaan kasih dan cinta..
Akal : Assalamualaikum, sahabat.
Hati : Waalaikumussalam…
Akal : Apa khabar iman anda?

Hati terdiam…

Akal bertanya sekali lagi. 
Akal : Apa khabar iman anda?
Hati : Kurang sihat mungkin.
Akal : Mengapa?
Hati : Aku merindui dia segenap jiwaku…
Akal : Dia yang mana, sahabatku?
Hati : Kedua dia. Dia yang hakiki, juga dia yang entah kemana akhirnya..
Akal : Tidak mengapa, Itukan fitrah manusia.
Hati : Tapi rinduku kepadanya kadangkala membuat jiwaku runsing. Fikiranku melayang terbang jauh ke angkasa. Kadangkala ketika beribadah juga aku teringat dia.
Akal : Cintamu padanya, juga cintamu padaNya, cinta padaNya kan yang lebih utama.
Hati : Tapi… Aku benar cinta dia. Aku benar rindu dia. Aku mencintainya kerana Allah. Kami saling menasihati kepada kebaikan. Aku mahu mengejar syurga bersamanya.

Akal : Apa makna cinta?
Hati : Kasih dan sayang.
Akal : Bagiku cinta itu gila.
Hati : Mengapa pula?
Akal : Apabila kita mencintai seseorang, kita asyik teringatkan dia. Apa yang dikata jangan, sebaik mungkin kita elakkan. Apa yang diminta, seboleh mungkin kita usaha. Bila ada yang lain mendekati, bergelodak rasa cemburu. Apa kau rasa begitu?
Hati : Ya. Begitu yang aku rasa.

Akal : Apa kau tahu apa pula ibadah?
Hati : Orang kata ibadah itu taat dan patuh.
Akal : Ibadah itu juga adalah cinta.
Hati : Bagaimana dimaksudkan begitu?
Akal : Ibadah itu cinta. Berkasih-kasihan dengan Tuhan.

Hati terdiam lagi…



Hati : Jadi… Apa sebenarnya yang ingin kau sampaikan wahai akal?
Akal : Fikirkan, kalau kau benar mencintai dia kerana Allah, apa kau ada mengadu kepadaNya?
Hati : Aku puas sudah berdoa. Aku mendoakannya empat puluh kali setiap hari. Siang dan malam! Tegas hati..
Akal : Apa kau berdoa kepadaNya hanya kerana apabila kau terasa jauh dengannya? Apa kau hanya melipatgandakan ibadahmu ketika jiwamu rasa tak tenang?


Hati diam dan tertunduk…



Akal : Bagaimana boleh kau katakan cintamu kerana Allah. Sedangkan kau mengabaikan Dia ketika cintamu dengannya sedang indah bercahaya. Sabarlah wahai hati. Doamu mungkin tidak makbul sekelip mata. Barangkali Allah akan memakbulkannya di lain masa. Barangkali Allah ada hadiah yang lebih berharga untukmu!

Aliran sungai merah terasa semakin deras mengalir ke kepala…

Akal : Cinta kepada manusia yang gila seperti itu, hanya layak disandarkan kepada Allah. Allah menarik cintamu kerana Allah lebih mencintaimu. Allah merindui doa dan tangisan hambanya. Allah mahu kau kembali mengindahkan cintamu kepadaNya!


Hati mulai menangis… Sepi… Kesal…

CINTA DAN HATI

CINTA
“Cinta itu suci, jangan kotorkan dengan hawa nafsu. Cinta itu abadi, jangan bunuhnya dengan sesuatu yang bersifat sementara. Cinta itu tinggi, jangan menghenyaknya ke lembah yang hina. Cinta itu putih bersih, jangan nodai dengan warna dosa yang hitam legam.”
“Seteguk kita minum dari kendi cinta terlarang, racunnya akan meresap membunuh akal, fikiran dan perasaan.”
-buku Tentang Cinta-
HATI
Mulut sentiasa berbicara tentang cintakan Ilahi, namun hati sibuk mencari cinta pujaan hati. Suara lantang menegakkan kebenaran, namun jiwa ingin merasai nikmat percintaan yang tidak ditabalkan. Munajat mengalir di ruang lidah, namun jasad tak kuat nak bermujahadah. Kita bilang sayangkan DIA, tapi hakikatnya, si dia tetap pertama di sanubari kita. Kita janji dalam solat yang hidup dan mati kita hanya untuk-NYA tapi usaha kita lebih ke arah mengejar cinta si dia. Kita impikan Syurga namun jalan ke Neraka yang memenuhi langkah kita. Adakah kita letakkan DIA hanya di bibir tanpa membuktikannya?? Kerana dia, kita pinggirkan DIA. Adakah DIA berpuas hati?? Tepuk dada, tanya iman kita yang masih berbisa.
KITA TIDAK BOLEH MENCINTAI ORANG LAIN SEBELUM KITA MENCINTAI DIRI SENDIRI. DAN KITA TIDAK BOLEH MENCINTAI DIRI SENDIRI SEBELUM MENCINTAI ALLAH..PENCIPTA DIRI KITA.. :)

Tentang Kematian: Alam Kubur/Alam Barzakh

Adzab Kubur yang Menakutkan atau Nikmat Kubur yang Menyenangkan

Allah Subhanahu wa Ta’ala di awal surat Al-Baqarah menyebutkan sifat hamba-hamba-Nya yang bertakwa bahwa mereka beriman kepada yang ghaib serta memiliki amalan-amalan yang nampak maupun tidak nampak. Karena kata takwa mencakup semua hal itu.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “(Yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib.” (Al-Baqarah: 3)

Karena, hakikat iman itu adalah pembenaran secara total terhadap segala yang diberitakan oleh para rasul (dalam perkara yang ghaib) yang mengandung konsekuensi ketaatan seluruh anggota tubuh. Sehingga bukanlah termasuk iman yang benar, keyakinan terhadap hal-hal yang hanya bisa disaksikan oleh panca indera saja. Karena tidak akan terbedakan antara yang mukmin dan yang kafir dalam perkara tersebut. Hanya saja permasalahan iman itu ialah terhadap perkara ghaib, yang kita tidak bisa melihat dan merasakannya dengan panca indera yang lainnya.

Kita beriman terhadap yang ghaib itu hanyalah karena adanya berita dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam semata. Inilah iman yang akan membedakan antara orang yang mukmin dengan orang kafir. Sehingga, seorang mukmin akan beriman kepada seluruh perkara yang diberitakan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sama saja baginya, apakah dia mampu mengetahuinya dengan panca inderanya atau tidak. Sama saja baginya, apakah akalnya mampu menjangkaunya atau tidak.

Sikap seorang mukmin yang demikian ini berbeda dengan sikap orang-orang zindiq (munafik) yang mendustakan perkara-perkara ghaib karena telah rusak akalnya. Mereka mendustakan perkara-perkara ghaib tersebut karena akalnya tidak mampu menjangkaunya. Rusaklah akalnya dan kacaulah pemikirannya. Sedangkan akal seorang mukmin menjadi bersih dan suci dengan bimbingan wahyu ilahi.

Termasuk beriman dengan perkara ghaib adalah beriman dengan seluruh perkara yang Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam beritakan berupa berbagai peristiwa yang telah terjadi maupun yang akan terjadi. Demikian pula hal-hal yang akan terjadi di akhirat nanti. (Taisir Al-Karimirrahman, hal. 40)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullahu berkata: “Termasuk beriman kepada hari akhir adalah

beriman dengan seluruh perkara yang Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam beritakan berupa hal-hal yang akan terjadi setelah kematian. Sehingga, Ahlus Sunnah beriman kepada adanya fitnah (ujian pertanyaan) di kubur dan azab kubur.”

Dalil-dalil dari Al-Qur’an tentang Azab Kubur
Di antara dalil-dalil yang menunjukkan adanya azab kubur dari Al-Qur’an adalah sebagai berikut:

1. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Maka Allah memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka, dan Fir’aun beserta kaumnya dikepung oleh azab yang amat buruk. Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): ‘Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras’.” (Ghafir: 45-46)

Ibnu Katsir rahimahullahu berkata: “Ayat ini adalah dalil yang paling kuat bagi Ahlus Sunnah untuk menetapkan adanya azab kubur, yaitu firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: “Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang.” (Ghafir: 46)

Yakni, diperlihatkan kepada mereka neraka di pagi dan sore hari.

2. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Maka biarkanlah mereka hingga mereka menemui hari (yang dijanjikan kepada) mereka yang pada hari itu mereka dibinasakan, (yaitu) hari ketika tidak berguna bagi mereka sedikit pun tipu daya mereka dan mereka tidak ditolong. Dan sesungguhnya untuk orang-orang yang zalim ada azab selain itu. Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.” (Ath-Thur: 45-47)

Ibnu Abil ‘Izzi Al-Hanafi rahimahullahu berkata: “Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala ini, kemungkinan yang dimaksud adalah mereka diazab di dunia dengan dimatikan atau yang lainnya. Kemungkinan (yang kedua) mereka diazab di alam barzakh. Makna yang kedua ini yang lebih nampak jelas, karena kebanyakan mereka mati dalam keadaan belum diazab di dunia. Atau kemungkinan (ketiga) maksudnya adalah umum, yaitu azab di dunia dan di akhirat (termasuk azab kubur).” (Syarh Al-’Aqidah Ath-Thahawiyyah, hal. 612-613)

3. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Nanti mereka akan Kami siksa dua kali kemudian mereka akan dikembalikan kepada azab yang besar.” (At-Taubah: 101)

Asy-Syaikh Hafizh bin Ahmad Al-Hakami rahimahullahu berkata: “Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Abu Malik, Ibnu Juraid, Al-Hasan Al-Bashri, Sa’id, Qatadah, dan Ibnu Ishaq rahimahumullah, mereka mengatakan (yang kesimpulannya) bahwa yang dimaksudkan dengan ayat tersebut adalah azab di dunia dan azab di kubur. Kemudian mereka dikembalikan ke azab yang besar yaitu neraka jahannam.” (Ma’arijul Qabul, 2/719)

4. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Dan sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebagian azab yang dekat sebelum azab yang lebih besar (di akhirat). Mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar).” (As-Sajdah: 21)

Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullahu berkata: “Al-Bara’ bin ‘Azib, Mujahid, dan Abu Ubaidah berkata bahwa yang dimaksud adalah azab kubur.” (Tafsir Ibnu Katsir, 3/405)

Dalil-dalil dari As-Sunnah
Asy-Syaikh Hafizh bin Ahmad Al-Hakami rahimahullahu berkata: “Dalil-dalil dari As-Sunnah yang menunjukkan adanya azab kubur sungguh telah mencapai derajat mutawatir, karena para imam As-Sunnah, para periwayat hadits dan para pakarnya (kritikus, penelitinya) dari sejumlah besar kalangan sahabat (telah meriwayatkan dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam). Di antaranya Anas bin Malik, Abdullah bin Abbas, Al-Bara’ bin Azib, Umar bin Al-Khaththab, Abdullah bin Umar, Aisyah, dll. (Ma’arijul Qabul, 2/721)

1. Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda; “Dan aku berlindung kepada-Mu dari azab kubur.” (Muttafaqun ‘alaih)

Dalam riwayat Muslim, dari Anas radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Kalau kalian tidak saling menguburkan (jenazah), sungguh aku akan meminta kepada Allah agar memperdengarkan sebagian azab kubur yang aku dengar kepada kalian.”

2. Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata: Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melewati dua kuburan. Beliau bersabda: “Sesungguhnya keduanya sedang diazab, dan tidaklah keduanya diazab disebabkan suatu perkara yang besar (menurut kalian). Salah satunya tidak menjaga diri dari percikan air kencing, sedangkan yang lain suka mengadu domba antara manusia.” Beliau lalu mengambil sebuah pelepah kurma yang masih basah, kemudian beliau belah menjadi dua bagian dan beliau tancapkan satu bagian pada masing-masing kuburan. Para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, mengapa engkau melakukan hal ini?” Beliau menjawab: “Mudah-mudahan diringankan azab tersebut dari keduanya selama pelepah kurma itu belum kering.” (Muttafaqun ‘alaih)

3. Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, dia berkata: Aku masuk kepada seorang wanita Yahudi, kemudian dia menceritakan azab kubur, maka aku mendustakannya. Kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk kepadaku, aku pun menceritakan kejadian itu kepada beliau. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu bersabda: “Demi Dzat yang jiwaku di tangan-Nya, sungguh mereka akan diazab di kubur mereka, sehingga hewan-hewan pun mendengarkan jeritan-jeritan mereka.” (HR. Muslim)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berlindung dari azab kubur dan memerintahkan umatnya untuk berlindung darinya. Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, dia bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang azab kubur, maka beliau menjawab: “Ya. Azab kubur itu benar adanya.” Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: “Setelah kejadian tersebut, aku tidak pernah melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan shalat kecuali berlindung dari azab kubur.” (HR. Al-Bukhari no. 1049)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Apabila salah seorang kalian bertasyahud, hendaklah dia meminta perlindungan dari empat perkara, hendaknya dia berdoa: Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari azab neraka jahannam, azab kubur, fitnah kehidupan dan kematian, serta dari kejelekan fitnah Al-Masih Ad-Dajjal.” (Muttafaqun ‘alaih).

Artikel yang berkaitan:
Keutamaan Mengingat Mati

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.” (Al-Hadid: 16)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau berkata: “Perbanyaklah mengingat hal yang akan memutuskan berbagai kenikmatan.” –Yaitu maut. (HR. Ashabus Sunan, dishahihkan Al-Albani dalam Al-Irwa’)

Bahkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan ziarah kubur dan menganjurkannya, karena ziarah kubur akan mengingatkan pada kematian.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Dahulu aku melarang kalian dari ziarah kubur, maka (sekarang) berziarahlah kalian ke kubur.” (HR. Muslim)

Dalam sebuah riwayat: “Maka sesungguhnya ziarah kubur itu akan mengingatkan kita kepada akhirat.”

Di antara faedah yang akan didapatkan oleh orang-orang yang senantiasa mengingat mati adalah:

1. Melembutkan hatinya untuk bersegera memohon ampun atas dosa-dosanya dan bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Rabbmu serta kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (Ali ‘Imran: 133)

“Wahai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya. Mudah-mudahan Rabb kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama dengan dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: ‘Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu’.” (At-Tahrim: 8)

Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menerima taubat seorang hamba selama ruhnya belum sampai di tenggorokan.” (HR. At-Tirmidzi)

Penyesalan setelah datangnya kematian tidaklah akan mendatangkan
kebaikan dan keberuntungan, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: ‘Ya Rabbku, kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal yang shalih terhadap yang telah aku tinggalkan.’ Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan.” (Al-Mu’minun: 99-100)

Oleh karena itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (An-Nur: 31)

2. Membangkitkan semangatnya untuk beribadah sebagai bekal untuk menghadapi kehidupan setelah kematian, dan itulah sebaik-baik perbekalan.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Dan sembahlah Rabbmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal).” (Al-Hijr: 99)

“Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya.” (Al-Muzzammil: 20)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Bersemangatlah kamu untuk melakukan apa yang bermanfaat bagimu dan mohonlah pertolongan kepada Allah, serta janganlah kamu malas.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)

3. Menyebabkan hati memiliki sikap qana’ah (merasa cukup) terhadap dunia.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedangkan kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.” (Al-A’la: 16-17)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Didatangkan orang yang paling nikmat hidupnya di dunia dari kalangan penghuni neraka pada hari kiamat, kemudian dia dicelupkan ke dalam neraka sekali celupan. Kemudian dia ditanya: ‘Wahai anak Adam, apakah kamu pernah melihat kebaikan? Apakah pernah terlintas pada dirimu kenikmatan?’ Maka dia menjawab: Tidak, demi Allah, wahai Rabbku. Didatangkan pula orang yang paling susah hidupnya di dunia namun dia dari kalangan penghuni surga, kemudian dicelupkan ke dalam surga sekali celupan. Kemudian dia ditanya: ‘Wahai anak Adam, apakah kamu pernah melihat kesusahan? Apakah pernah terlintas pada dirimu kesempitan hidup?’ Maka dia menjawab: ‘Tidak, demi Allah, wahai Rabbku. Tidak pernah terlintas padaku kesempitan dan aku tidak pernah melihat kesusahan’.” (HR. Muslim)

Ad-Daqqaq rahimahullahu berkata: “Barangsiapa banyak mengingat mati maka dia akan dimuliakan dengan tiga perkara: segera bertaubat, hatinya qana’ah terhadap dunia, dan semangat beribadah. Sedangkan barangsiapa yang melupakan mati, dia akan dibalas dengan tiga perkara: menunda-nunda taubat, hatinya tidak qana’ah terhadap dunia, dan malas beribadah. Maka ingat-ingatlah kematian, sakaratul maut, dan susah serta sakitnya, wahai orang yang tertipu dengan dunia!” (At-Tadzkirah, hal. 10)

4. Meringankan beban musibah yang menimpa dirinya, seperti penyakit, kefakiran, kezaliman, dan kesempitan hidup yang lain di dunia.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidaklah seseorang mengingat mati pada waktu lapang hidupnya, kecuali akan menjadikan dia merasa sempit (umurnya terasa pendek dan semakin dekat ajalnya). Dan tidaklah (dia mengingat mati) pada waktu sempit hidupnya (karena sakit, fakir, dll) kecuali akan menjadikan dia merasa lapang (karena mengharapkan balasan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan sebab keikhlasan dan kesabaran ketika menghadapinya).” (HR. Ibnu Hibban, Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu mengatakan dalam Al-Irwa’ [no. 682] bahwa sanadnya hasan)

Seseorang tidaklah diperbolehkan mengharapkan kematian disebabkan musibah yang menimpanya, kecuali karena takut terfitnah agamanya. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Janganlah salah seorang kalian mengharap-harapkan kematian. Karena mungkin dirinya orang yang baik, maka mudah-mudahan bertambah kebaikannya. Atau mungkin dirinya orang yang berbuat dosa, barangkali dia akan minta diberi kesempatan (bertaubat).” (Muttafaqun ‘alaih, dan ini lafadz Al-Bukhari rahimahullahu)

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Janganlah salah seorang kalian mengharap-harapkan kematian karena suatu kesempitan hidup yang menimpanya. Namun apabila dia harus melakukannya, hendaknya dia berdoa: ‘Ya Allah, hidupkanlah aku selama kehidupan itu lebih baik bagiku, dan wafatkanlah aku bila kematian itu lebih baik bagiku’.” (Muttafaqun ‘alaih)

Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullahu berkata: “Apabila seseorang ditimpa musibah, dia tidak boleh mengharap-harapkan kematian, karena hal ini adalah kesalahan dan kebodohan yang ada pada dirinya, serta kesesatan dalam agama. Karena, apabila dia hidup, mungkin dia adalah orang yang baik sehingga akan bertambah kebaikannya. Atau mungkin dia adalah orang yang berbuat kejelekan sehingga dia sadar dan bertaubat darinya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sedangkan bila dia mati dalam keadaan yang paling jelek (kita berlindung kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dari yang demikian). Oleh karena itulah kita katakan: Janganlah engkau mengharap-harapkan kematian, karena hal ini adalah sikap orang yang bodoh. Sikap yang demikian ini adalah sikap yang sesat dalam agama, karena dia telah melakukan perbuatan yang dilarang oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengharap-harapkan kematian adalah bukti ketidakridhaannya terhadap ketentuan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Padahal seorang mukmin harus ridha terhadap takdir.” (Syarh Riyadhish Shalihin, 2/239-240)

Bagaimanapun keadaan seorang mukmin, baik dalam keadaan lapang maupun sempit, senang maupun susah, sehat maupun sakit, bahkan tatkala dia telah merasakan bahwa ajalnya telah dekat, dia wajib untuk tetap berbaik sangka kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mewasiatkan: “Janganlah salah seorang kalian mati kecuali dalam keadaan dia berbaik sangka kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (HR. Muslim)

Pada akhirnya, ya Allah hidupkanlah dan wafatkanlah kami di atas Islam dan As-Sunnah. Allahumma taqabbal minna, innaka sami’ud du’a.
 

ping.sg - the community meta blog for singapore bloggers
backlink
Freelance JobsPowered by

Selamat Datang Jgn Lupa Comment

Kumpulan Buku Silakan Di Unduh

Kalau Pengin Music .. Tinggal Di Klik,,^_^


MusicPlaylistView Profile
Create a playlist at MixPod.com